Sabtu 20 Jun 2020 16:48 WIB

Kanselir Jerman Khawatir Krisis Ekonomi Diremehkan UE

Kanselir Jerman Angela Merkel mengungkapkan kekhawatiran resesi ekonomi terdalam

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Kanselir Jerman Angela Merkel mengungkapkan kekhawatiran resesi ekonomi terdalam. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/NDR/Wolfgang Borrs
Kanselir Jerman Angela Merkel mengungkapkan kekhawatiran resesi ekonomi terdalam. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Kanselir Jerman Angela Merkel mengungkapkan kekhawatiran resesi ekonomi terdalam sejak perang dunia kedua. Hal ini diungkapkan ketika para pemimpin Uni Eropa (UE) berselisih dana pemulihan untuk negara-negara yang paling terpukul karena pandemi Covid-19.

Selama konferensi dengan 27 kepala negara dan pemerintah, kanselir Jerman memberikan dukungan kepada presiden Prancis Emmanuel Macron untuk persetujuan dana 70 miliar euro. Merkel mengatakan, Eropa kini menghadapi masa yang sangat sulit. Nilai ekonomi beberapa negara anggota diperkirakan akan menyusut hingga 10 persen pada tahun 2020.

Baca Juga

"Sudah jelas bahwa kami tidak akan mencapai hasil hari ini tetapi kami akan melanjutkan diskusi pada pertengahan Juli," ujar Merkel dikutip Guardian, Sabtu.

"Semua orang mengatakan apa yang mereka anggap positif dan tentu saja membawa kritik juga. Jembatan yang masih harus kita bangun adalah besar," ujarnya menambahkan.

Macron juga mendesak rekan-rekan pemimpinnya untuk menemukan titik temu bulan depan, dengan alasan perlunya menenangkan pasar sebelum fase pembicaraan yang sulit mengenai hubungan perdagangan dan keamanan di masa depan dengan Inggris. Irlandia, Belgia, dan Belanda menginginkan dana pemulihan menawarkan dukungan kepada mereka jika negosiasi berakhir tanpa kesepakatan.

Presiden komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengakui bahwa tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti di mana negosiasi ini (dengan Inggris) akan berakhir pada akhir tahun ini. Selama pembicaraan nyata pertama mereka tentang dana penyelamatan pandemi, para pemimpin memberikan pandangan yang sangat berbeda tentang skala keseluruhan dana yang akan didistribusikan, saldo pinjaman dan hibah, dan kriteria di mana uang dialokasikan.

Beberapa pemimpin UE termasuk dari Belanda, Austria, Swedia dan Denmark tetap tidak yakin dengan kebutuhan akan hibah tanpa syarat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement