REPUBLIKA.CO.ID, READING -- Serangan penikaman yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia terjadi di sebuah taman kota Reading, Inggris selatan, Sabtu (20/6). Polisi mengaitkan insiden tersebut sebagai aksi terorisme.
Dalam laporan Sky News, polisi mengatakan, telah menangkap seorang pria di tempat kejadian. Mereka belum mau mengkonfirmasi ada korban jiwa atau tidak.
Tapi, surat kabar Telegraph, BBC, dan Sky News melaporkan sebanyak tiga orang telah terbunuh. Juru bicara rumah sakit menyatakan, dua orang dilarikan ke rumah sakit di daerah itu.
Seorang saksi mata yang dikutip oleh surat kabar Mirror mengatakan, pria itu meneriakkan kata-kata yang tidak dapat dipahami sebelum menikam orang. "Pikiran saya tertuju pada semua yang terkena dampak insiden mengerikan di Reading dan terima kasih saya kepada layanan darurat di tempat kejadian," kata Perdana Menteri, Boris Johnson.
Penikaman itu terjadi di lokasi protes anti-rasisme Black Lives Matter (BLM) pada Sabtu (20/6). Namun, polisi mengatakan, peristiwa penikaman itu tampaknya tidak terhubung.
"Tidak ada indikasi bahwa insiden ini terkait dengan protes Black Lives Matter yang terjadi di Reading hari ini," kata Kepolisian Thames Valley melalui akun Twitter.
Seorang pendukung BLM mengatakan di Facebook bahwa insiden itu terjadi beberapa jam setelah protes berakhir. Kondisi tersebut membuat orang-orang yang menghadiri demonstrasi tidak terluka.
Cuplikan video yang diposting di Twitter menunjukkan paramedis bergegas membantu setidaknya tiga orang yang berdarah di tanah di sebuah taman. Namun, video tersebut tidak dapat diverifikasi secara resmi.
Kepala otoritas dewan lokal di Reading, Jason Brock, meminta warga untuk menjauh dari pusat kota. Dewan Kepala Kepolisian Nasional, yang mewakili para perwira polisi senior, mendesak orang-orang di Twitter untuk menghindari spekulasi tentang insiden tersebut dan untuk tidak membagikan video atau gambar kejadian.
Terdapat empat serangan di Inggris yang mendapatkan cap terorisme oleh pihak berwenang. Salah satu insiden terorisme terjadi pada 2017 yang menewaskan 36 orang dan paling mematikan terjadi di akhir konser penyanyi Ariana Grande di Manchester, Inggris utara, selain serangan di London Bridge dan dekat parlemen.