REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Akibat tidak adanya akses ke air yang mengalir, warga Zimbabwe, terpaksa membeli ke penjual air setempat.
Jemitius Muruti, 54 tahun, memiliki tangki air berkapasitas 1.000 liter di rumahnya yang digunakan untuk menyimpan air yang dibelinya secara reguler dari pedagang air. Rumahnya yang terletak di ibu kota Zimbabwe, Harare, terakhir kali dialiri air satu dekade lalu, sebelum infrastruktur dan bahan-bahan kimia sepenuhnya menutup akses ke air bersih.
Demi mendapatkan air, Muruti kini bergantung pada pedagang air, meskipun harganya terbilang mahal.
"Saya membayar sekitar 50 dolar AS setiap kali saya harus mengisi ulang tangki air saya," ungkap Muruti kepada Anadolu Agency.
Dengan 12 anggota keluarganya, Muruti cukup kepayahan memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat. Sementara itu, tetangga Muruti harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya untuk mendapatkan air. Mereka rela mengantre selama beberapa jam di dekat sungai yang airnya cepat mengering dan berlomba-lomba mengisi pot dan ember mereka dengan air sungai.
Mavis Gondobwe, 62 tahun, menuturkan bahwa dirinya jarang mengisi tangki penyimpanan airnya karena kesulitan biaya.
"Memang saya punya tangki air di rumah, tetapi jarang terisi karena saya tak punya cukup uang," kata Gondobwe.
Di sisi lain, pedagang air seperti Happymore Chizuzu, diuntungkan dengan krisis tersebut.
"Per bulannya, saya memasok air dalam jumlah besar ke 15 hingga 20 pelanggan. Saya meraup penghasilan sekitar 1.000 dolar AS," kata Chizuzu kepada Anadolu Agency.
Menurut Program Pangan Dunia (WFP) PBB, krisis air telah melanda kota-kota besar Zimbabwe dan sekitar 5,5 juta orang di seluruh negeri terdampak kekeringan itu.
Berita ini diterbitkan di: https://www.aa.com.tr/id/dunia/krisis-air-di-seluruh-negeri-warga-zimbabwe-terpaksa-rogoh-kocek-untuk-beli-air-bersih-/1885581