Rabu 24 Jun 2020 10:28 WIB

Iran Klaim Menang Perang Ekonomi Lawan AS

Sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) tak juga meruntuhkan ekonomi Iran.

Rep: IRNA/ Red: Elba Damhuri
Amerika memberikan sanksi pada Iran saat negara itu kesulitan mengatasi Corona.
Foto: republika
Amerika memberikan sanksi pada Iran saat negara itu kesulitan mengatasi Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Amerika Serikat (AS) terus-menerus memberikan sanksi ekonomi kepada Iran untuk melemahkan posisi negara Islam itu. Bukannya menjatuhkan pemerintahan sekarang, sanksi ekonomi itu malah membuat Iran lebih kuat. Bahkan, Iran menyatakan kemenangan atas perang ekonomi dengan AS.

Wakil Presiden Iran Es'haq Jahangiri mengatakan, dalam menghadapi sanksi AS yang brutal terhadap rakyat Iran, negara itu tak punya masalah serius. Iran mampu menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dan makanan untuk rakyat maupun Pemerintah Iran. Kini Iran muncul sebagai pemenang dalam melawan ancaman dan konsekuensi dari sanksi AS dan virus corona.

Jahangiri membuat pernyataan ini dalam pertemuan dengan direktur senior Kementerian Pertanian pada Selasa (23/6) malam. Dia menambahkan, Amerika meluncurkan perang ekonomi terhadap Iran untuk membuat ekonomi negara itu runtuh. Namun, Iran menang dan ekonomi Iran tidak hancur berantakan seperti yang diinginkan AS ataupun sekutunya di Timur Tengah.

Sejak Revolusi Islam Iran menguasai negeri mullah itu, Amerika dan Barat terus-menerus menjatuhkan sanksi ekonomi dan politik kepada Iran. Bahkan, saat pandemi corona pun, AS memberikan sanksi ekonomi kepada Iran yang menyulitkan negara lain memberikan bantuan.

Iran memberikan perhatian besar terhadap ketahanan pangan, penyediaan pertanian, hortikultura, ternak, dan kebutuhan perikanan.

BACA JUGA: Kaum Ortodoks: Hagia Sophia Untuk Ibadah, Bukan Buat Museum

Iran mencatat peningkatan produksi pertanian dari 96 juta ton pada 2013 menjadi 125 juta ton pada 2019. 

BACA JUGA: Kristen Ortodoks Yunani Mohon ke Donald Trump Selamatkan Hagia Sophia dari Konversi Jadi Masjid

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement