REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat senior Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memulai diskusi untuk menentukan apakah mereka akan memberikan lampu hijau kepada Israel terkait aneksasi Tepi Barat. Pembahasan tersebut dilakukan di Gedung Putih dan dihadiri oleh penasihat senior sekaligus menantu Trump, Jared Kushner.
Penasihat keamanan nasional Robert O'Brien, utusan Timur Tengah Avi Berkowitz, dan Duta Besar AS untuk Israel David Friedman juga turut hadir. Seorang pejabat yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, Trump tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Namun, Trump diperkirakan hadir dalam pembahasan lanjutan pada pekan ini.
Di bawah proposal perdamaian Timur Tengah yang diluncurkan pada Januari lalu, AS mengakui permukiman Yahudi sebagai bagian dari Israel. Dengan dorongan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana memperluas kedaulatan atas permukiman Yahudi dan Lembah Yordan, dengan harapan bisa mendapatkan persetujuan dari AS.
Seorang sumber yang mengetahui persoalan aneksasi tersebut mengatakan, AS belum memberikan persetujuan maupun penolakan atas rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat. Di antara opsi-opsi utama yang dipertimbangkan AS adalah proses aneksasi secara bertahap, dengan Israel menyatakan kedaulatan atas beberapa permukiman yang dekat dengan Yerusalem.
Sementara itu, rencana awal Netanyahu adalah mencaplok 30 persen wilayah Tepi Barat. Rencana ini tidak sesuai dengan opsi yang dipertimbangkan AS.
AS khawatir apabila Israel terlalu bergerak cepat mencaplok wilayah Tepi Barat, hal tersebut dapat membunuh harapan Palestina untuk bernegosiasi tentang proposal perdamaian Timur Tengah. Sumber tersebut menyatakan kekhawatiran lainnya, yakni pertentangan dari Yordania.
Para penasihat presiden mengadakan diskusi internal yang bersifat informal untuk membahas keputusan AS terkait aneksasi Tepi Barat. Seorang pejabat AS mengatakan, tidak ada keputusan yang diambil dalam diskusi tersebut.