REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Iran dan Israel seperti diketahui terlibat dalam konfrontasi diplomatik dan militer yang dapat mengarah pada konflik terbuka.
Namun, rabi terkemuka di Iran, Yehuda Garami, mengkhawatirkan jika konfrontasi kedua negara itu bisa memberi kesan bahwa itu adalah perang agama.
Dalam sebuah wawancara dengan Al-Monitor, sebuah situs media berbasis di AS, Garami mengatakan bahwa baginya konfrontasi Iran-Israel bukan perang agama dan tidak ada yang harus berpikir demikian.
Dalam pandangannya, ada perbedaan besar antara Zionisme dan Yudaisme. Menurutnya, Yudaisme adalah agama yang berusia 3.300 tahun, sementara Zionisme adalah gerakan nasional dan politik yang baru berusia 100 tahun. Sebagai sebuah negara, kata dia, Negara Israel tidak ada hubungannya dengan agama secara umum dan Yudaisme pada khususnya.
"Kami selalu menekankan bahwa kami tidak suka terlibat dalam semua perselisihan, perang, dan politik antara kedua negara ini. Ini adalah perdebatan antara politisi dan tidak ada hubungannya dengan agama," kata Garami, dilansir di AsiaNews.it, Rabu (24/6).
Pandemi Covid-19 dan sanksi internasional terhadap Iran memiliki dampak serius terhadap ekonomi Iran. Hal itu sama-sama mempengaruhi komunitas Yahudi yang sebagian besar kelas menengah.
Rabi tersebut mengatakan, kebanyakan orang Yahudi di Iran adalah pemilik bisnis, terutama pemilik toko pakaian.
Menurutnya, mereka adalah bagian dari kelas menengah dan sebagian besar benar-benar merasakan tekanan tersebut.
Namun begitu, Garami menekankan bahwa hubungan komunitas Yahudi dengan umat Muslim di negara itu baik.
Dia mengatakan, orang-orang Muslim sangat menghormati mereka sebagai orang Yahudi yang tinggal di Iran.
"Bahkan, tidak seperti di Eropa, misalnya, kami tidak memiliki penjaga di luar rumah ibadat dan sekolah kami, dan keamanan pribadi kami sangat baik," ujarnya.
Kendati begitu, mereka terkadang bertemu dengan orang-orang yang anti-Semit. Tetapi hal itu menurutnya terjadi di mana-mana.
Garami mengatakan, bahwa sebagian besar penduduk Iran menghormati mereka dan hidup damai dengan komunitas Yahudi.
"Yang penting adalah bahwa di Iran tidak ada konsep serangan terorganisasi terhadap orang Yahudi," tambahnya.
Ketegangan antara Iran dan Israel telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Suriah di mana pesawat-pesawat Israel telah menghantam aset Iran.
Hal ini lantas menimbulkan kekhawatiran bahwa orang-orang Yahudi akan mengalami pembalasan. Akan tetapi, hal demikian tidak pernah benar-benar datang.
Garami lebih lanjut menegaskan, bahwa kaum Yahudi di negara itu memiliki kebebasan total beragama.
Pasalnya, semua sinagog terbuka, dan kelas-kelas Taurat berlangsung di sana. Mereka juga memiliki semua jenis lembaga pendidikan, termasuk sekolah dasar dan menengah.
"Kami dengan tulus berharap bahwa pada akhirnya akan ada perdamaian di dunia, bahwa semua perang akan hilang," katanya.
Secara resmi, jumlah orang Yahudi Iran sekitar 8.000. Akan tetapi, bagi Garami, jumlahnya jauh lebih tinggi, yakni antara 20 ribu dan 25 ribu. Kebanyakan komunitas Yahudi berada di Teheran, Shiraz, Esfahan, dan Karmanshah.