REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa mengutuk serangan rudal yang dilancarkan Houthi ke Arab Saudi. Tindakan itu dianggap merusak upaya gencatan senjata dalam konflik Yaman.
"Kerajaan Arab Saudi menjadi sasaran beberapa drone (pesawat nirawak) dan rudal balistik awal pekan ini. Uni Eropa mengutuk serangan sembarangan terhadap kota-kota Saudi yang diklaim oleh Houthi," kata Uni Eropa dalam sebuah pernyataan pada Kamis (25/6), dikutip laman Al Arabiya.
Uni Eropa mendukung upaya gencatan senjata yang dilakukan PBB di Yaman. Namun serangan Houthi terhadap Saudi merusak upaya tersebut. "Uni Eropa menegaskan kembali seruannya bagi semua pihak untuk mengadakan pembicaraan politik di bawah naungan PBB dan terus mendukung sepenuhnya upaya utusan khusus PBB dalam hal ini," kata Uni Eropa.
Kabinet Arab Saudi mengutuk serangan delapan pesawat nirawak bersenjata dan tiga rudal balistik yang dilancarkan kelompok Houthi Yaman. Ia memandang serangan itu merupakan aksi teror.
Dalam pernyataan yang dirilis Saudi Press Agency pada Selasa (23/6) malam, disebutkan bahwa serangan pesawat drone dan rudal balistik itu menargetkan warga sipil serta mengancam kehidupan ratusan orang di ibu kota Riydah. Setidaknya dua ledakan besar terdengar di kota tersebut.
Dilaporkan laman Aljazirah, Houthi mengklaim serangan yang dilancarkannya berhasil mengenai gedung Kementerian Pertahanan Saudi dan markas militer. Namun tak ada tanda-tanda bahwa gedung tersebut terhantam misil atau menjadi sasaran tembakan drone.
Juru bicara koalisi militer Saudi di Yaman Kolonel Turki al-Malki mengatakan pihaknya berhasil menembak jatuh rudal yang ditembakkan Houthi. Oleh sebab itu, serangan mereka tak dapat menjangkau target di Riyadh.
Selain itu koalisi militer Saudi juga menembak jatuh tiga rudal yang mengarah ke Najran dan Jizan. Sejumlah drone pun dilumpuhkan. Al-Malki mengecam serangan Houthi. Menurutnya hal itu merupakan aksi permusuhan yang sengaja dirancang untuk membidik warga sipil.
Ini bukan pertama kalinya Houthi berupaya menyerang Saudi. Sebelumnya kelompok tersebut telah berulang kali melakukan aksi serupa. Tindakan itu merupakan bentuk respons Houthi atas intervensi militer Saudi di Yaman.
Konflik Yaman telah berlangsung sejak 2014. Pemicunya adalah dikuasainya ibu Kota Sanaa oleh Houthi. Tak hanya itu, Houthi pun berhasil mengontrol sebagian besar wilayah utara Yaman di sepanjang perbatasan dengan Saudi.
Pada Maret 2015, Saudi memimpin koalisi untuk melakukan intervensi militer ke Yaman. Mereka berupaya mengembalikan pemerintahan Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.
Sejak saat itu, Saudi gencar melancarkan serangan udara ke Yaman. Sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya turut terdampak serangan Riyadh. Konflik telah menyebabkan jutaan warga di sana mengalami kelaparan. Akses ke fasilitas atau layanan kesehatan semakin sulit. PBB telah menyebut krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.