REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya akan menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) dalam penanganan pandemi Covid-19. Hal itu diumumkan saat negara-negara Arab menyerukan Israel menghentikan rencananya mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.
"Kolaborasi (dengan UEA) ini akan di bidang penelitian dan pengembangan serta teknologi, bidang yang akan meningkatkan keamanan kesehatan di seluruh kawasan," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Kamis (25/6), dikutip laman Aljazirah.
Dia mengatakan pengumuman resmi terkait kerja sama tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat. Menteri kesehatan dari kedua negara yang akan memberikan pernyataan. Kantor berita milik Pemerintah UEA, yakni Emirates News Agency (WAM), mengonfirmasi keterangan Netanyahu.
WAM menyebut dua perusahaan UEA akan bekerja sama dengan dua perusahaan Israel dalam proyek-proyek medis, termasuk terkait penanganan Covid-19. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan negaranya dapat bekerja dengan Israel dalam beberapa bidang meskipun terdapat perbedaan politik.
Namun Gargash menekankan kerja sama itu tidak akan mengubah posisi UEA terkait konflik Israel-Palestina. Saat berbicara pada konferensi kelompok Komite Yahudi Amerika pada 16 Juni lalu, Gargash mengatakan Israel tak dapat berharap menormalkan hubungan dengan negara-negara Arab jika melanjutkan rencananya mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.
Pada Rabu (24/6) lalu, Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan virtual untuk membahas rencana pencaplokan Tepi Barat oleh Israel. Saat membuka telekonferensi, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan Israel membatalkan rencana aneksasinya.
Selain membahayakan prospek solusi dua negara, pencaplokan merupakan pelanggaran berat dan paling serius terhadap hukum internasional. Seruan Guterres diamini oleh sebagian besar anggota, termasuk negara-negara Eropa yang saat ini duduk di Dewan Keamanan.