REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membutuhkan dana 31,3 mililar dolar AS atau sekitar Rp 442 triliun selama setahun ke depan. Dana akan digunakan untuk penanganan pandemi Covid-19, mulai dari perawatan, penyelenggaraan tes, hingga pengembangan vaksin.
WHO menyebut hingga saat ini telah menerima 3,4 miliar dolar AS atau Rp 48 triliun. Masih ada kesenjangan sebesar 27,9 miliar dolar AS, di mana 13,7 miliar dolar di antaranya sangat dibutuhkan. Dengan dana tersebut, WHO ingin melakukan 500 juta tes Covid-19.
WHO pun hendak mengirim 245 juta kursus perawatan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada pertengahan 2021. Selain itu, WHO ingin meningkatkan pengiriman dua miliar dosis vaksin. Satu miliar di antaranya akan dibeli negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada akhir 2021.
WHO bekerja sama dengan koalisi besar organisasi pengembangan obat, pendanaan dan distribusi yang dikenal dengan ACT-Accelerator Hub. Dalam pembaruan pada inisiatif ACT-Accelerator, WHO dan kelompok kesehatan global mengatakan pandemi Covid-19 masih mengancam jutaan jiwa serta ekonomi.
"Investasi yang diperlukan adalah signifikan, tetapi itu tidak berarti jika dibandingkan dengan biaya Covid-19. Total biaya pekerjaan ACT-Accelerator kurang dari sepersepuluh dari yang diperkirakan IMF ekonomi global mengalami kerugian setiap bulan karena pandemi," kata WHO dalam sebuah pernyataan pada Jumat (26/6).
Saat ini terdapat lebih dari 9,7 juta kasus Covid-19 di seluruh dunia. Pandemi telah menyebabkan 493 ribu orang meninggal. Sementara pasien sembuh mencapai 4,9 juta orang.