Ahad 28 Jun 2020 20:38 WIB

Rusia Bantah Tuduhan Bayar Taliban untuk Bunuh Pasukan AS

Taliban juga membantah laporan Rusia membayar untuk membunuh pasukan AS.

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Bendera Rusia dan Amerika Serikat.
Foto: Euromaidan Press
Bendera Rusia dan Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia membantah tuduhan 'tanpa dasar' yang menyatakan mereka menawarkan uang pada milisi Taliban untuk membunuh pasukan Amerika Serikat (AS) atau tentara dari negara NATO lainnya. Kedutaan Besar Rusia di AS mengatakan klaim itu mengancam diplomasi kedua negara.

Sebelumnya the New York Time dan Washington Post mengutip pejabat AS yang mengatakan sebuah unit intelijen militer Rusia yang memiliki sejumlah hubungan dengan upaya pembunuhan di Eropa menjanjikan uang pada Taliban untuk membunuh pasukan AS. Taliban juga membantah kesepakatan semacam itu dengan Rusia.

Baca Juga

Laporan tersebut muncul saat AS tengah mencoba menegosiasikan kesepakatan damai untuk mengakhiri perang selama 19 tahun. Menurut the New York Times, Presiden AS Donald Trump sudah diberi laporan mengenai hal ini pada Maret lalu. Gedung Putih membantah klaim tersebut.

"Presiden maupun wakil presiden tidak diberitahu tentang tawaran intelijen Rusia," kata Juru Bicara Gedung Putih  Kayleigh McEnany, seperti dilansir dari BBC, Ahad (28/6).

Namun McEnany, menambahkan ia tidak membantah tentang apa yang dilakukan intelijen Rusia. Ia hanya menegaskan laporan the New York Times mengenai Presiden Trump diberitahu mengenai hal ini salah.

The New York Times mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan beberapa bulan yang lalu badan intelijen AS sudah menyimpulkan unit intelijen militer Rusia GRU mencoba mengganggu stabilitas negara musuh AS. Caranya dengan menawarkan sejumlah uang pada pasukan koalisi yang berhasil melakukan penyerangan ke pasukan AS.

Dalam laporan mereka, the New York Times yakin milisi Islam atau kelompok penjahat bersenjata yang dekat dengan unit intelijen itu telah mendapatkan sejumlah uang. Dalam sejumlah rangkaian cicitannya di Twitter, Kedutaan Rusia untuk AS mengatakan surat kabar itu menyebarkan berita bohong.

Pada 2019 lalu, ada sekitar 20 tentara Amerika yang tewas di Afghanistan. Tapi the New York Times mengatakan belum diketahui kematian mana yang terkait dengan pernyataan pejabat AS.

Pejabat yang dikutip the New York Times mengatakan Dewan Keamanan Nasional AS sudah mempertimbangkan untuk merespon tindakan Rusia tersebut. Hal itu termasuk memberlakukan sanksi-sanksi terhadap Rusia.

GRU dituduh terlibat dalam percobaan pembunuhan mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Inggris pada Maret 2018 lalu. Taliban mengatakan tuduhan the New York Times tanpa dasar.

"Pembunuhan-pembunuhan dengan target kami lakukan bertahun-tahun lalu dan kami melakukannya dengan sumber daya kami sendiri," kata salah satu dari dua juru bicara resmi Taliban, Zabihullah Mujahid pada the New York Times.

Mujahid mengatakan Taliban telah berhenti menyerang pasukan AS dan NATO setelah keduanya sepakat untuk mencabut sanksi dan menarik pasukan mereka bulan Februari lalu. Sebagai balasannya Taliban tidak akan membiarkan kelompok ekstremis menggunakan wilayah mereka untuk beroperasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement