REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekitar sepertiga pengiklan di Facebook akan berpartisipasi dalam aksi boikot beriklan di platform media sosial tersebut. Hal itu diungkap dalam sebuah survei yang digarap World Federation of Advertisers (WFA).
Hasil survei menunjukkan sepertiga dari pengiklan teratas di Facebook akan menangguhkan iklannya di media sosial ciptaan Mark Zuckerberg itu. Sementara 40 persen lainya mempertimbangkan untuk melakukan hal serupa. Hal itu dilakukan guna menekan Facebook agar menghapus pidato kebencian di platformnya.
Sejumlah merek ternama telah menyatakan bergabung dalam kampanye bertajuk Stop Hate for Profit ini. Mereka antara lain Adidas, Ford, Honda, Verizon, Diageo, dan Unilever. Starbucks dan Coca-Cola juga telah menghentikan semua iklannya di Facebook. Namun kedua perusahaan itu tidak secara resmi mengumumkan dukungannya terhadap kampanye.
"Kami menghentikan sementara semua iklan di media sosial AS dan Eropa selama 30 hari ke depan untuk mengevaluasi kembali keberadaan kami di platform ini (Facebook). Keberadaan konten yang mencakup ujaran kebencian, kekerasan, dan ketidakadilan rasial di platform sosial perlu diberantas," kata seorang juru bicara Ford dikutip laman the Guardian pada Selasa (30/6).
Seorang juru bicara Honda mengutarakan hal yang tak jauh berbeda. Dia menyebut keputusan untuk menghentikan iklan di Facebook "sejalan dengan nilai-nilai perusahaan yang didasarkan pada rasa hormat terhadap manusia".
The British Petroleum Company atau lebih dikenal dengan nama BP juga menangguhkan iklannya di Facebook guna mendukung kampanye Stop Hate for Profit. "Kami percaya sangat penting bagi semua platform media sosial menggunakan kontrol yang ditingkatkan guna menghilangkan distribusi konten yang tidak benar, diskriminatif, atau dimaksudkan untuk menghasut, menimbulkan rasa takut, atau membenci penggemar," ungkap seorang juru bicara BP.
Mars Incorporated turut menghentikan iklannya di Facebook. Mereka tak menentukan jangka waktu hingga kapan penangguhan dilakukan. "Platform media sosial memainkan peran penting dalal masyarakat, tapi sama, mereka memiliki peran yang kuat untuk dimainkan dalam menghentikan penyebaran pidato kebencian dan misinformasi," kata Mars dalam sebuah pernyataan.
Mars menilai tak ada ruang untuk diskriminasi dalam masyarakat yang sehat. "Mars memiliki tanggung jawab dan peluang untuk membuat perbedaan yang bermakna serta terukur dalam perang melawan rasialisme, kebencian, kekerasan, dan diskriminasi. Kami berharap semua mitra platform media sosial tempat kami bekerja sama melakukan hal yang sama," katanya.
Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Kepala Eksekutif WFA Stephan Loerke mengatakan bahwa industri periklanan mulai meminta perubahan besar dari platform media sosial. "Dalam segala keterbukaan, rasanya seperti titik balik," ujarnya.
Kendati demikian, pertanyaan terkait ketulusan para perusahaan atau merek untuk berpartisipasi dalam kampanye Stop Hate for Profit masih bermunculan. Beberapa pengiklan, misalnya, lebih didorong untuk menjaga citra positif mereknya masing-masing.
Kampanye Stop Hate for Profit diinisiasi oleh beberapa organisasi di Amerika Serikat (AS) antara lain Free Press, Common Sense Media, Color of Change, dan the Anti-Defamation League. Mereka meluncurkan kampanye boikot pascakematian pria Afrika-Amerika George Floyd. Dia tewas setelah lehernya ditekan menggunakan lutut oleh polisi kulit putih di Minneapolis.
Menurut Kepala Eksekutif Common Sense Media Jim Steyer dan Co-chief Free Press Jessica Gonzalez, Facebook telah merespons kampanye yang mereka luncurkan. Pekan lalu misalnya, Facebook memperkenalkan langkah-langkah baru untuk melarang iklan serta label pidato kebencian dari politisi. Hal itu dilakukan guna menenangkan gerakan boikot.
Namun menurut mereka hal itu tak memenuhi tuntutan kampanye. “Kami tidak memerlukan kebijakan satu kali di sana-sini. Kami membutuhkan kebijakan yang komprehensif,” ujar Gonzalez.
Stop Hate for Profit telah menyampaikan serangkaian tuntutan kepada Facebook. Tuntutan itu meliputi proses moderasi terpisah untuk membantu pengguna yang ditargetkan berdasarkan ras dan pengidentifikasi lainnya. Facebook diminta lebih transparan tentang berapa banyak insiden pidato kebencian yang dilaporkan. Selanjutnya platform media sosial itu dituntut berhenti menghasilkan pendapatan iklan dari konten berbahaya.