REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- VP Global Affairs and Communications Facebook Nick Clegg mengatakan upaya sudah dilakukan untuk menghapus konten yang memiliki unsur kebencian. Nick mengatakan, lebih dari 100 miliar pesan terkirim di dalam layanan Facebook setiap harinya.
Nick mengatakan, di antara miliaran interaksi tersebut, sebagian kecil merupakan konten yang memiliki ujaran kebencian. “Ketika kami menemukan postingan yang penuh kebencian di Facebook dan Instagram, kami mengambil pendekatan tanpa toleransi dan menghapusnya,” kata Nick dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/7).
Dia menegaskan, tidak ada toleransi terhadap konten kebencian yang diunggah di Facebook. Hanya saja, Nick mengakui bukan berarti tidak ada insiden sama sekali terkait upaya pengguna Facebook mengunggah konten kebencian.
“Dengan begitu banyak konten yang diposting setiap hari, membasmi kebencian itu seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Kami menginvestasikan miliaran dolar setiap tahun pada orang dan teknologi untuk menjaga platform kami agar tetap aman,” ungkap Nick.
Nick memastikan, Facebook menambah tiga kali lipat jumlah orang-orang yang bekerja di area keselamatan dan keamanan hingga lebih dari 35 ribu orang.
Hal tersebut menjadi upaya untuk menghapus konten yang penuh kebencian dalam skala besar. “Kami membuat kemajuan nyata. Laporan Komisi Eropa baru-baru ini menemukan bahwa Facebook memproses 95,7 persen laporan ujaran kebencian dalam waktu kurang dari 24 jam, lebih cepat dari YouTube dan Twitter,” tutur Nick.
Pada Juni 2020, Nick mengatakan Facebook menemukan hampir 90 persen dari ujaran kebencian. Dia menegaskan, Facebook sudah menghapus terlebih dahulu sebelum dilaporkan.
“Sebanyak 99 persen konten ISIS dan Al Qaeda yang kami hapus telah lenyap sebelum ada orang yang melaporkannya kepada kami,” ujar Nick.