REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi menyatakan pihaknya mempunyai kemampuan infrastruktur yang memadai dan telah menerapkan sejumlah teknologi canggih untuk menghalau aksi agresi Iran.
"Pemerintah Arab Saudi telah menerapkan sejumlah teknologi canggih untuk menemukan sumber senjata dan rudal yang menargetkan instalasi minyak kami," kata Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam Abid Althagafi dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (2/7).
Pemerintah Arab Saudi dalam laporannya menyebutkan bahwa terdapat bukti-bukti berupa puing-puing drone dan rudal jelajah yang menunjukkan keterlibatan Iran dalam tindakan agresi melalui dukungan negara itu kepada kelompok militan Houthi.
"Tindakan sabotase yang menargetkan instalasi minyak itu bukan hanya menargetkan Arab Saudi, tetapi juga komunitas internasional dan ekonomi global," kata Kedutaan Besar Arab Saudi, menambahkan bahwa terdapat penurunan 50 persen produksi minyak, setara 5,7 juta barel per hari.
Menurut Arab Saudi, aksi agresi yang dilakukan oleh Iran itu telah mengakibatkan 113 orang warga Arab Saudi serta sejumlah warga asing di sana menjadi korban. Untuk itu, Arab Saudi menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menekan pemerintah Iran agar "mengubah perilaku dan mengikuti sistem yang normal, serta berhenti mengeluarkan kebijakan luar negeri yang agresif terhadap negara di kawasan dan dunia."
Di pihak yang berseberangan, kelompok Houthi menyatakan pada Rabu (1/7) bahwa serangan yang dilancarkan oleh kelompok koalisi yang dipimpin Arab Saudi menewaskan dua orang di provinsi Sadah, Yaman, sementara sejumlah orang lainnya dilaporkan terluka, dikutip dari Kantor Berita Turki Anadolu.
Menurut laporan Anadolu, Houthi juga menyebut bahwa koalisi Arab Saudi itu telah melakukan 57 kali serangan udara sehari sebelumnya di beberapa lokasi, dengan 21 serangan menarget wilayah ibu kota Yaman, Sana'a.