REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas Palestina (PA) memulai kebijakan lockdown atau karantina wilayah total di Tepi Barat yang akan berlangsung selama lima hari, mengingat virus corona yang terus mengintai. Pemberlakuan lockdown akan bergantung pembaruan dari jumlah kasus dan kematian di wilayah Palestina.
Seperti dilansir kantor berita Anadolu Agency, pasukan keamanan Palestina telah mendirikan pos-pos pemeriksaan di pintu masuk ke kota-kota dan desa-desa Tepi Barat. Mereka berjaga bersama dengan penggelaran tim darurat di daerah-daerah yang tidak di bawah kendali PA.
Hingga Kamis (2/7) waktu setempat, infeksi virus corona baru di Palestina mencapai 3.417. Sementara tercatat 12 kematian dan 634 pemulihan.
Kementerian Urusan Agama Palestina juga mengumumkan penutupan masjid dan larangan sholat berjamaah di masjid, serta ibadah di gereja. Pada pertengahan Juni, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, bahwa Palestina menghadapi gelombang kedua dari virus korona baru sebab infeksi meningkat dengan cepat.
Dilansir Haaretz, Kementerian Kesehatan Palestina juga mengatakan, bahwa seorang pasien Covid-19 berusia 68 tahun dari Hebron meninggal dunia. Pengumuman itu menandai kematian keenam di daerah itu dalam waktu kurang dari sepekan. Secara total, 12 pasien telah meninggal di Tepi Barat sejak wabah dimulai.
Menurut angka resmi, ada 2.823 kasus aktif di Tepi Barat saat lockdown lima hari untuk mengekang penyebaran penyakit mulai berlaku. Di Jalur Gaza, tiga pasien telah pulih. Menurut pihak berwenang Palestina, saat ini ada 12 kasus aktif di Jalur Gaza.