REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kebakaran di situs nuklir bawah tanah Iran pada Jumat (3/7) masih menjadi misteri. Apalagi, Iran tetap bungkam meski sebuah video daring dan pesan mengaku bertanggung jawab atas kebakaran itu.
Iran mengaku mengetahui penyebab kebakaran. Namun, mereka tidak akan mengungkapkannya ke publik karena "alasan keamanan".
Kelompok yang menyebut diri “Cheetahs of the Homeland” mengaku bertanggung jawab. Klaim yang dilakukan beberapa kali ini juga menggunakan istilah yang biasa dipakai organisasi oposisi Iran yang berstatus pelarian. Kantor berita Associated Press melaporkan, mereka juga fokus pada program nuklir Iran yang disebut-sebut Israel sebagai bahaya yang mengancam keberadaan mereka.
Pesan yang berbeda dari sebelumnya dan nama kelompok yang tak pernah dikenal oleh para pakar Iran melahirkan sejumlah spekulasi. Salah satu dugaan adalah situs nuklir Natanz kemungkinan disabotase oleh negara asing seperti pada kasus virus komputer Stuxnet. Dalam kasus Stuxnet, AS dan Israel diperkirakan berada di balik wabah virus komputer tersebut.
Sejauh ini, Iran menanggapi serius serangan tersebut. "Jiak terbukti bahwa negara kami diserang oleh serangan siber, tentu kami akan merespons," ujar Jenderal Gholam Reza Jalali, kepala unit militer yang bertanggung jawab menangani sabotase, dikutip Mizan, Kamis (2/7) malam.
Dua analis yang berbasis di Amerika Serikat menganalisa foto dan citra satelit milik Planet Labs Inc. Ahli dari James Martin Center for Nonproliferation Studies di Middlebury Institute of International Studies mengidentifikasi lokasi kebakaran adalah pusat mesin centrifugal baru di Natanz, Iran. Kerusakan pada bagian engsel pintu diperkirakan akibat ledakan sebelum kebakaran.