Senin 06 Jul 2020 07:43 WIB

Fasilitas Nukir Iran Terbakar, Terjadi Kerusakan Signifikan

Ada dugaan kebakaran ini merupakan sabotase dari pihak-pihak tertentu.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Badan Tenaga Atom Iran merilis foto situs nuklir Natanz yang terbakar, 2 Juli.
Foto: Badan Tenaga Atom Iran via AP
Badan Tenaga Atom Iran merilis foto situs nuklir Natanz yang terbakar, 2 Juli.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kebakaran yang terjadi di fasilitas nuklir Natanz bawah tanah Iran telah menyebabkan kerusakan signifikan. Pejabat Nuklir Iran, Ahad (5/7), menyatakan, kondisi ini dapat memperlambat pengembangan sentrifugal canggih yang digunakan untuk memperkaya uranium.

"Insiden ini dapat memperlambat pengembangan dan produksi sentrifugal canggih dalam jangka menengah ... Iran akan mengganti bangunan yang rusak dengan yang lebih besar yang memiliki peralatan lebih maju," tulis kantor berita negara IRNA mengutip juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi.

Baca Juga

Kamalvandi menyatakan, tidak ada korban jiwa dalam insiden kebakaran itu. Hanya saja kerusakan yang muncul cukup signifikan.

Badan keamanan utama Iran sebelumnya telah mengatakan, penyebab kebakaran yang terjadi pada 2 Juli sudah diketahui. Hanya saja akan diumumkan nanti.

Beberapa pejabat Iran mengatakan, mungkin sabotase dunia maya dan satu orang memperingatkan bahwa Teheran akan membalas terhadap negara mana pun yang melakukan serangan seperti itu.

Pada hari yang sama, sebuah artikel oleh kantor berita Iran, IRNA, membahas  kemungkinan sabotase oleh musuh-musuh seperti Israel dan Amerika Serikat. Menteri Pertahanan Israel mengatakan tidak terlibat di balik setiap insiden misterius di Iran.

Secara terpisah, kepala Angkatan Laut Pengawal Revolusi Iran, mengatakan, Teheran telah membangun kota-kota rudal bawah tanah di sepanjang garis pantai Teluk. Informasi ini menjadi memperingatkan mimpi buruk bagi musuh-musuh Iran.

Pihak berwenang Iran mengatakan situs seperti itu ada di semua provinsi Iran. Namun, sejauh ini hanya merilis tiga pangkalan dan tidak mengungkapkan bahwa mereka telah dibangun di sepanjang pantai.

Natanz adalah pusat dari program pengayaan Iran, yang menurut Teheran adalah untuk tujuan damai. Badan-badan intelijen Barat dan pengawas nuklir PBB (IAEA) percaya bahwa Iran memiliki program senjata nuklir terkoordinasi yang dihentikan pada 2003. Teheran menyangkal pernah mengembangkan senjata nuklir.

Iran setuju untuk menghentikan program nuklirnya dengan imbalan penghapusan sebagian besar sanksi internasional dalam kesepakatan yang dicapai antara Teheran dan enam kekuatan dunia pada 2015. Namun, Iran secara bertahap mengurangi komitmennya terhadap perjanjian tersebut sejak pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi yang telah menghancurkan ekonomi Iran.

Dengan Kesepakatan 2015 hanya memungkinkan Iran untuk memperkaya uranium di fasilitas Natanz dengan lebih dari 5.000 sentrifugal generasi pertama IR-1. Namun kini Teheran telah memasang kaskade baru sentrifugal canggih.

Pada 2010, virus komputer Stuxnet, secara luas diyakini telah dikembangkan oleh AS dan Israel, ditemukan setelah digunakan untuk menyerang Natanz. IAEA mengatakan setelah kejadian kebakatan, bahwa lokasi kebakaran tidak mengandung bahan nuklir dan tidak ada inspektur yang hadir pada saat itu.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement