REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengeklaim situasi di Laut China Selatan (LCS) stabil. Hal itu disampaikan setelah Negeri Tirai Bambu dan Amerika Serikat (AS) menggelar latihan militer di wilayah perairan yang dipersengketakan tersebut.
"Saat ini, berkat upaya bersama China dan negara-negara ASEAN, situasi di LCS umumnya stabil serta menyaksikan perkembangan yang baik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina Zhao Lijian pada Senin (6/7), dikutip laman resmi Kemlu China.
Atas dasar itu, Zhao mengkritik latihan militer yang digelar Amerika Serikat (AS) di LCS dengan menghadirkan dua kapal induk, yakni USS Ronald Reagan dan USS Nimitz. "AS berniat mendorong perselisihan antara negara regional, mempromosikan militerisasi LCS, dan merusak perdamaian serta stabilitas di wilayah tersebut. Komunitas internasional, terutama negara-negara regional, melihat ini dengan sangat jelas," ujarnya.
Sementara itu, Zhao membela latihan militer yang digelar China di LCS. Menurutnya, latihan itu dilakukan di Kepulauan Xisha yang masuk dalam teritorial Negeri Tirai Bambu. "Saya ingin menekankan sekali lagi, Kepulauan Xisha adalah wilayah China yang tak terbantahkan. Latihan militer China di perairan sekitar Kepulauan Xisha berada dalam kedaulatan China dan tak dapat dicela," kata Zhao.
Untuk pertama kalinya dalam enam tahun, AS mengoperasikan USS Ronald Reagan dan USS Nimitz secara bersamaan di LCS. Mereka dikirim untuk menentang klaim sepihak atas wilayah perairan strategis tersebut dan mempraktikkan kebebasan navigasi.
"Upaya ini mendukung komitmen AS yang bertahan membela hak semua negara untuk terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan," kata Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan, dikutip laman CNN.
Angkatan Laut AS menyebut, USS Nimitz dan Ronald Reagan merupakan pasukan tempur paling efektif dan lincah di dunia. "Mendukung komitmen AS untuk perjanjian pertahanan bersama sekutu dan mitra regional serta mempromosikan perdamaian dan kemakmuran di seluruh Indo-Pasifik," ucapnya.
China mengeklaim 1,3 mil persegi LCS sebagai teritorialnya. Klaim itu telah ditentang, tak hanya oleh AS, tapi juga sejumlah negara ASEAN, termasuk Indonesia.