REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Otoritas Turki pada Jumat menegaskan bahwa Hagia Sophia adalah warisan turun-temurun dari Sultan Ottoman Muhammad Al-Fatih. Hal itu disampaikan terkait seruan Amerika Serikat (AS) agar Hagia Sophia tetap menjadi museum.
Dalam sebuah unggahan, Duta Besar AS untuk Kebebasan Beragama Sam Brownback meminta kepada pemerintah Turki untuk menjaga status Hagia Sophia sebagai museum agar dapat diakses oleh setiap orang karena situs tersebut memiliki makna spiritual dan budaya yang luar biasa bagi miliaran orang yang menganut kepercayaan berbeda di seluruh dunia.
Menanggapi pernyataan itu, Wakil Menteri Luar Negeri Yavuz Selim Kiran menekankan bahwa pemerintah Turki akan terus melindungi warisan budaya dan agama di negaranya. "Jangan khawatir Brownback. Hagia Sophia adalah warisan dari Sultan Muhammad Al-Fatih. Setiap kebijakan terkait situs itu adalah urusan internal kami,” ujar Kiran dilansir Anadolu Agency, Kamis (9/7).
Dia menambahkan Turki telah berkontribusi secara aktif dalam melindungi 18 warisan dunia di wilayahnya.
Pada pertengahan bulan ini Menteri Kehakiman Turki mengatakan Hagia Sophia adalah masalah kedaulatan di bawah Republik Turki. Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun.
Pada 1453, bangunan itu diubah menjadi masjid oleh Sultan Ottoman Mehmet II ketika kesultanan menaklukkan Istanbul. Setelah restorasi selama era Ottoman dan penambahan menara oleh arsitek Mimar Sinan, Hagia Sophia menjadi salah satu karya terpenting arsitektur dunia.
Di bawah Republik Turki, bangunan itu kemudian menjadi museum. Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Ottoman mengubah bangunan itu menjadi masjid, bukan meruntuhkannya.