Kamis 09 Jul 2020 12:22 WIB

Libya rugi lebih dari USD6,5 miliar akibat blokade ladang minyak oleh Haftar

Kepala NOC mendesak agar produksi minyak segera dimulai kembali untuk kepentingan rakyat Libya, blokade jangka panjang akan menyebabkan masalah jangka panjang - Anadolu Agency

Kepala NOC mendesak agar produksi minyak segera dimulai kembali untuk kepentingan rakyat Libya, blokade jangka panjang akan menyebabkan masalah jangka panjang - Anadolu Agency
Kepala NOC mendesak agar produksi minyak segera dimulai kembali untuk kepentingan rakyat Libya, blokade jangka panjang akan menyebabkan masalah jangka panjang - Anadolu Agency

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Produksi minyak Libya akan turun hampir setengahnya dengan kerugian yang melebihi USD6,5 miliar akibat penutupan sumur minyak dan blokade oleh pasukan pemberontak Khalifa Haftar, ungkap Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya pada Rabu.

Sejak awal tahun, NOC hanya memproduksi rata-rata 1,22 juta barel per hari tetapi mereka berharap angka tersebut akan meningkat menjadi 2,1 juta barel per hari pada 2024, kata Direktur Utama NOC Mustafa Sanalla.

Baca Juga

Sanalla mengatakan tidak adanya produksi ulang yang segera dan kegagalan negara untuk menyediakan anggaran yang diminta untuk mengatasi banyak masalah akibat blokade menyebabkan perkiraan produksi turun menjadi 650.000 barel per hari pada 2022.

Dia mendesak untuk segera memulai kembali produksi untuk kepentingan rakyat Libya, blokade jangka panjang akan menyebabkan masalah jangka panjang juga.

Menggambarkan blokade Haftar sebagai "kejahatan bersejarah terhadap rakyat Libya", Sanalla mengatakan beberapa ladang minyak telah rusak tidak dapat diperbaiki dan perlu ditutup.

Selain kehilangan produksi sebesar USD6,5 miliar, Sanalla mengatakan Libya mengalami kerugian lainnya, di mana NOC juga mempunyai biaya tambahan yang besar akibat dari blokade ilegal.

“Kami harus menyisihkan biaya perawatan untuk lebih 260 sumur, antara USD50 juta-100 juta. Jaringan pipa utama, yang mencakup lebih dari 6.760 kilometer, serta peralatan permukaan akan membutuhkan anggaran besar untuk pemeliharaan dan perbaikan. Totalnya akan mencapai miliaran dinar,” tutur dia.

Libya memiliki cadangan minyak mentah terbesar di Afrika dengan 48,4 miliar barel. Pendapatan gas alam dan minyak mewakili sekitar 90 persen dari pendapatan pemerintah.

Pemerintah Libya yang diakui secara internasional diserang oleh pasukan Haftar sejak April 2019, dengan lebih dari 1.000 tewas dalam insiden kekerasan. Sejak 2014, milisi Haftar menargetkan ladang minyak, yang mewakili paru-paru ekonomi Libya.

Libya mengekspor minyak terutama ke Italia, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Namun, ekonomi Libya telah mengalami penurunan yang signifikan karena krisis politik dan penurunan produksi di ladang minyak di bawah kendali pasukan Haftar.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/libya-rugi-lebih-dari-usd6-5-miliar-akibat-blokade-ladang-minyak-oleh-haftar-/1904287
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement