Jumat 10 Jul 2020 08:53 WIB

WHO Lakukan Evaluasi Penanganan Pandemi

WHO akan membentuk panel independen untuk evaluasi penanganan pandemi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO akan membentuk panel independen untuk evaluasi penanganan pandemi. Ilustrasi.
Foto: AP
Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO akan membentuk panel independen untuk evaluasi penanganan pandemi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan akan membentuk panel independen untuk meninjau kembali penanganannya terhadap pandemi Covid-19 dan respons oleh pemerintah, Kamis (9/7). Sebelumnya kritik keras oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilancarkan kepada badan Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) itu.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan mantan perdana menteri Selandia Baru, Helen Clark, dan mantan presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf, telah setuju untuk memimpin panel. "Besarnya pandemi ini, yang telah menyentuh hampir semua orang di dunia, jelas layak mendapatkan evaluasi yang sepadan, evaluasi yang jujur," kata Tedros dalam pertemuan virtual dengan para diplomat.

Baca Juga

Ghebreyesus menerangkan panel akan memberikan laporan sementara untuk pertemuan tahunan para menteri kesehatan pada November. Sedangkan laporan substantif akan diberikan pada Mei mendatang.

Trump menuduh WHO terlalu dekat dengan China dan tidak melakukan cukup banyak untuk mempertanyakan tindakan Beijing pada awal penyebaran virus terjadi. Tedros telah menolak tuduhan itu dan mengatakan bahwa lembaganya membuat dunia mengetahui informasi dengan tepat.

WHO juga menekankan peninjauan yang dilakukan tidak terkait dengan kritikan pedas dari AS. Badan ini memang telah diminta oleh 194 negara anggotanya untuk evaluasi tanggapan global pada Mei lalu.

Lebih dari 12 juta orang dilaporkan telah terinfeksi dan 548.429 telah meninggal oleh virus corona jenis baru di seluruh dunia. Virus tersebut muncul pertama kali di pusat kota Wuhan, China akhir tahun lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement