REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD — Unjuk rasa terkait penanggulangan pandemi oleh pemerintah Serbia masih berlanjut hingga kini. Bahkan, protes warga yang hampir sepekan ini, telah menyebar dari Beograd ke kota besar lainnya, termasuk Nis, Kragujevac, dan Novi Sad.
Para pengunjuk rasa di Nis bahkan dilaporkan berupaya memblokir jalan raya yang menghubungkan Beograd dengan Nis, yang merupakan kota terbesar ketiga di Serbia, dan pusat administrasi distrik Nisava. Tetapi, upaya itu masih diadang pihak kepolisian.
Dalam aksi yang terjadi pada Sabtu (12/7) kemarin di Nis, para pengunjuk rasa masih terus melakukan protes di depan barisan kepolisian.
“Kita dari bangsa yang sama. Letakkan perisai Anda," ujar para pengunjuk rasa kepada polisi sambil meneriakkan yel-yel dan slogan terhadap Presiden Vucic dan pemerintahnya.
Meski koordinator unjuk rasa menyatakan tidak ada protes di Nis pada Ahad ini, pihaknya menegaskan, orang-orang masih bisa bergabung dalam aksi protes di Beograd. Selain itu, Krusevac, Cacak, Vranje, dan Zrenjanin juga termasuk di antara kota-kota yang disebut berlangsungnya demonstrasi.
Unjuk rasa di hari ke-5 pada Sabtu kemarin, merupakan lanjutan dari aksi pertama protes masyarakat Nis dan Beograd. Utamanya, ketika terjadi bentrokan di hari pertama antara masyarakat dan polisi, ketika para demonstran berupaya memasuki paksa gedung majelis yang ditutup pasukan paramiliter.
Dalam aksi di hari pertama, para demonstran bubar setelah melakukan aksi berjam-jam. Namun demikian, pada hari kedua, protes mulai menyebar ke kota-kota lain.
Banyak polisi dan pengunjuk rasa yang dilaporkan terluka. Berlanjut di hari ketiga demonstrasi, pihak kepolisian mengklaim menangkap 70 demonstran dan sebanyak 19 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
Aksi yang terjadi di Serbia itu meletus, setelah Presiden Aleksandar Vucic pada Selasa mengumumkan kembalinya jam malam. Langkah itu diklaim untuk memerangi pandemi Covid-19 yang masih menyebar.