REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Azerbaijan dan Armenia mengalami bentrokan, Ahad (12/7) lalu. Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev langsung menggelar rapat Dewan Keamanan pada Senin (13/7) waktu setempat. Dalam rapat itu, Presiden Ilham Aliyev menyampaikan adanya provokasi militer Armenia di daerah Tovus yakni perbatasan Azerbaijan dan Armenia.
"Semoga Allah mengistirahatkan para militer kami dengan damai dan mengirimkan kesembuhan kepada prajurit yang terluka," ujar Presiden Ilham Aliyev dalam keterangan resmi Kedutaan Besar Azerbaijan di Jakarta kepada Republika.co.id, Selasa (14/7).
Sebagai akibat dari provokasi militer tersebut dalam beberapa bulan terakhir, banyak prajurit dan warga sipil yang terbunuh. Berbagai serangan tembakan dilancarkan Armenia ke pos-pos militer sehingga banyak prajurit Azerbaijan terbunuh dan terluka.
Presiden Ilham Aliyev menegaskan, segala upaya provokasi Armenia yang dilakukan telah gagal. Sebab, Azerbaijan dengan ketat melindungi perbatasan wilayahnya, bahkan Armenia sedikit pun tidak bisa menyeberang ke wilayah Azerbaijan.
"Situasi di perbatasan terus tegang hari ini. Saya telah berkomunikasi dengan para agen dan komandan terkait tadi malam. Pagi ini, saya juga diberitahu bahwa situasi di sana masih tidak stabil. Semua ini merupakan tanggung jawab politik-militer Armenia," ujar Presiden Aliyev.
Presiden menyalahkan Armenia yang tidak jujur. Dia pun meminta masyarakat internasional dan meminta bantuan dalam memperkuat gencatan senjata di jalur kontak Armenia-Azerbaijan. Di pihak lain, dengan melakukan provokasi militer, Armenia ingin menyerang wilayah Azerbaijan dengan merebut posisi Azerbaijan dengan menembaki penduduk sipil dan desa-desa. Kebijakan buruk dan berbahaya ini akan membawa Armenia ke "jurang yang dalam".
Presiden Aliyev mengatakan, Azerbaijan akan terus melindungi integritas dan perbatasan wilayahnya. Sementara, insiden yang ditimbulkan Armenia merupakan perwujudan dari kebijakan agresif mereka sendiri.
"Saya telah mengatakan ini berkali-kali dan saya ingin mengatakannya lagi bahwa Azerbaijan tidak akan pernah menyerahkan wilayahnya ke Armenia. Kita akan melakukan yang terbaik untuk untuk mengembalikan integritas teritorialnya," kata Presiden Aliyev yang menjabat sebagai pemimpin Azerbaijan sejak 2003.
Pemerintahannya juga telah mengirimkan permohonan internasional agar melihat sendiri situasi di perbatasan untuk membuktikan siapa yang melakukan provokasi militer di daerah tersebut." Azerbaijan tetap akan mempertahankan prinsip untuk mempertahankan wilayah kita," ujarnya.
Hubungan Armenia-Turki tidak pernah membaik. Setelah Turki mengakui kemerdekaan Armenia pada 1991, kedua negara gagal membangun hubungan diplomatik. Sejak 1993, Turki mendukung Azerbaijan dalam perselisihan Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.