REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan Inggris dalam skenario terburuknya memprediksi gelombang kedua virus corona tipe baru atau Covid-19 yang bakal menyebabkan 120 ribu pasien meninggal dunia di rumah sakit. Mereka juga memperingatkan masyarakat dan pemerintah untuk segera mengambil tindakan untuk menekan kebangkitan kasus korona di musim dingin.
Laporan yang disusun oleh 37 ilmuwan dan dokter menekankan bahwa skenario terburuk bukanlah prediksi yang mungkin terjadi. Melainkan tentang bagaimana wabah dapat berekmbang jika infeksi dibiarkan melonjak dan upaya pemerintah yang sedikit dalam mempersiapkan pelayanan rumah sakit dan sosial.
"Pemodelan menunjukkan bahwa kematian bisa lebih tinggi dengan gelombang baru Covid-19 musim dingin ini, tetapi risiko ini bisa dikurangi jika kita segera mengambil tindakan," kata ketua kelompok pakar dan profesor imunofarmakologi di Universitas Southampton, Stephen Holgate seperti dikutip laman Guardian, Selasa (14/7).
"Dengan jumlah kasus Covid-19 yang relatif rendah pada saat ini, ini adalah peluang penting untuk membantu kita mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk di musim dingin pada kita," ujarnya menambahkan.
Menurut para ahli, virus corona baru dapat bangkit kembali di musim dingin karena cuaca dan malam yang gelap memaksa orang untuk menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan. Di musim panas, lebih mudah untuk menjaga rumah dan kantor berventilasi dengan jendela terbuka yang memungkinkan angin untuk mengisi udara kurang baik.
Skenario kasus terburuk yang masuk akal mengasumsikan bahwa nilai R, jumlah rata-rata orang yang terinfeksi penyakit ini, kira-kira dua kali lipat dari sekitar 0,9 di Inggris hari ini menjadi 1,7 di seluruh Inggris pada September. Pemodelan menunjukkan penerimaan rumah sakit dan kematian akan memuncak pada Januari dan Februari 2021 dengan jumlah kematian yang sama seperti pada gelombang pertama.
Pemodelan tidak termasuk kematian di rumah perawatan dan masyarakat, tidak mengasumsikan intervensi pemerintah untuk mencegah penularan, dan tidak memperhitungkan penggunaan deksametason atau obat yang baru-baru ini terbukti menyelamatkan nyawa di unit perawatan intensif. Pemodelan lebih lanjut dalam laporan menunjukkan, gelombang kedua yang sederhana pun mungkin menyebabkan 1.300 atau 75 ribu kematian antara September 2020 dan Juni 2021 jika nilai R masing-masing naik menjadi 1,1 atau 1,5.
Laporan tersebut menyerukan kampanye informasi publik di musim gugur untuk mendorong orang melakukan upaya pencegahan penyebaran virus. Rumah sakit dan rumah perawatan akan membutuhkan persediaan alat pelindung diri (APD) yang lebih baik, kapasitas pengujian yang luas, dan zona bebas Covid-19.
Vaksin flu juga dinilai sangat dibutuhkan sebab kemungkinan gelombang kedua bertepatan dengan musim flu. Menurut Holgate, sistem uji dan penelusuran National HEalth Service (NHS) harus ditingkatkan pada musim dingin. Sebab, kata dia akan ada semakin banyak orang akan jatuh sakit dengan infeksi yang menyerupai Covid-19, dan pengawasan waktu nyata harus dilakukan untuk menemukan wabah lokal.
"Kita perlu menanggapi ancaman gelombang baru Covid-19 ini dengan sangat serius tetapi, jika kita bersiap sekarang, ada banyak yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan risiko," katanya.
Rekan penulis laporan dan profesor epidemiologi penyakit menular di University College London, Dame Anne Johnson mengatakan, ada kebutuhan untuk kampanye informasi publik yang kuat yang menargetkan komunitas tertentu serta bangsa secara keseluruhan. "Semua orang perlu menyadari bahwa Covid-19 belum hilang, dan oleh karena itu setiap orang dapat membantu mengurangi penularan melalui jarak sosial, dengan memakai penutup wajah sebagai norma sosial, dengan pernapasan yang baik dan kebersihan tangan, serta tingkat pemanasan yang tepat dan ventilasi di rumah kita," katanya.
Di Inggris, setiap rumah sakit pada saat musim dingin mengalami lonjakan pasien ketika flu musiman mendera seluruh populasi. Orang-orang lebih sering jatuh di trotoar yang dingin, dan cuaca dingin memperburuk masalah kesehatan seperti asma, penyakit jantung, dan kondisi paru-paru.
"Musim dingin ini kita harus mempertimbangkan kemungkinan gelombang infeksi Covid-19 yang lain dan dampak berkelanjutan dari gelombang pertama. Kita harus siap bahwa kita mungkin juga mengalami epidemi flu tahun ini," kata Johnson.