REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Chief Executive Officer (CEO) perusahaan obat Merck & Co Inc, Kenneth Frazier mengatakan tidak ada jaminan vaksin virus corona yang sedang dikembangkan saat ini dapat berfungsi. Ia menambahkan orang-orang yang meningkatkan harap vaksin dapat ditemukan kurang dari satu tahun 'sangat merugikan masyarakat'.
Hal itu disampaikan dalam wawancaranya dengan Harvard Business Review. Dalam laporan yang dipublikasikan Senin (13/7) lalu Frazier mengatakan vaksin potensial mungkin tidak memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk disebarkan dengan cepat dalam jumlah besar.
"Jika Anda akan menggunakan vaksin untuk miliaran orang, sebaiknya Anda tahu apa yang vaksin itu lakukan," kata Frazier pada Harvard Business Review, seperti dilansir dari Aljazirah.
Kantor berita Reuters melaporkan pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan produsen obat yang bermitra dengan pemerintah AS sudah dalam jalur untuk mulai aktif memproduksi vaksin Covid-19 pada akhir musim panas ini. Melalui Operation Warp Speed Program, pemerintahan Donald Trump ingin memproduksi 300 juta vaksin pada akhir tahun 2021.
"(Beberapa vaksin sebelumnya) tidak hanya menawarkan perlindungan, tapi sebenarnya membantu virus menyerang sel, karena sifat imunogeniknya tidak lengkap, jadi kami harus sangat hati-hati," kata Frazier.
Pada Mei lalu, Merck mengumumkan penelitian vaksin potensial dan pengobatan Covid-19 dilakukan melalui akuisisi produsen obat asal Austria hemis Bioscience. Vaksin tersebut belum melalui tahapan uji coba klinis.
Frazier, salah satu dari empat CEO kulit hitam 500 perusahaan ternama versi Fortunes. Ia mengatakan tingginya angka kasus kematian masyarakat berwarna selama pandemi virus corona memperlihatkan 'besarnya rasialisme struktural yang telah terjadi di Amerika sejak lama'.
Ia menambahkan perusahaan-perusahaan AS harus menghilangkan proses dan sistem yang menghalangi karyawan kulit hitam maju. "Pada akhirnya, jika Anda puas dengan status quo, Anda terlibat dalam rasisme yang status quo sembunyikan," kata Frazier.