REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menemukan bahwa tambang emas, berlian, dan bauksit di Venezuela sebagian besar dikendalikan oleh geng kriminal yang mengeksploitasi, memukul, dan bahkan membunuh para pekerjanya.
Pasukan keamanan dan militer Venezuela gagal mencegah kejahatan dan telah berpartisipasi dalam beberapa kekerasan terhadap penambang. Hal itu berdasarkan laporan yang dirilis kantor hak asasi manusia PBB pada Rabu (15/7).
"Pihak berwenang harus mengambil langkah segera untuk mengakhiri eksploitasi tenaga kerja dan seksual, pekerja anak dan perdagangan manusia, dan harus membongkar kelompok-kelompok kriminal yang mengendalikan kegiatan penambangan," kata Komisaris Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet dalam sebuah pernyataan.
Wakilnya, Nada Al-Nashif, akan menyampaikan laporan itu pada Rabu ke Dewan HAM, tempat Duta Besar Venezuela Jorge Valero diperkirakan akan berbicara. Merujuk pada area yang dikenal sebagai Orinoco Mining Arc, laporan PBB menyebut bahwa "sebagian besar aktivitas penambangan di dalam dan di luar AMO dikendalikan oleh kelompok kriminal terorganisir atau elemen bersenjata."
Hampir 150 laki-laki dan perempuan dilaporkan telah meninggal di atau sekitar tambang sejak Maret 2016 hingga 2020, dengan pasukan keamanan terlibat dalam setengah dari insiden, katanya, menambahkan bahwa pemerintah belum menjawab permintaan informasi.
"Menurut informasi yang diterima tubuh penambang sering dibuang ke lubang tambang lama yang digunakan sebagai kuburan klandestin," menurut laporan itu.
Para penambang, yang termasuk anak-anak, tidak memiliki kontrak kerja dan terkontaminasi merkuri dan malaria.
Laporan itu menyeru pemerintah Presiden Nicolas Maduro untuk mengatur kegiatan pertambangan dan memastikan bahwa mereka memenuhi standar hukum dan lingkungan internasional. Ditetapkan melalui keputusan pemerintah pada 2016, wilayah seluas 42.800 mil persegi (111.000 kilometer persegi) di Amazon, Venezuela, setara dengan 12 persen wilayah nasional. Emas, berlian, coltan, besi, dan bauksit ditambang di wilayah tersebut.
Bank sentral Venezuela belum menerbitkan data sejak 2018 tentang emas dan ekspor pasokan mineral lainnya, tujuan mereka atau pendapatan mata uang asing. Pemerintah Maduro telah mendukung penambangan skala kecil sejak 2016 untuk mendatangkan pendapatan di tengah krisis ekonomi. Operasi telah meluas karena Amerika Serikat telah meningkatkan sanksi yang dimaksudkan untuk memaksanya keluar dari kekuasaan. Kelompok kriminal menjadi lebih aktif sejak konsesi untuk perusahaan pertambangan asing dihentikan pada 2011, kata laporan itu.