REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan meminta pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang berada di Korea Selatan untuk melakukan tes Covid-19 terhadap tentara AS. Tes harus dilakukan sebelum para tentara AS tiba di negara tersebut.
Pasukan AS Korea (USFK) melaporkan sedikitnya 25 kasus di antara para prajurit dan pegawai dalam dua pekan terakhir. Seluruh kasus tersebut terkonfirmasi pada saat kedatangan atau pada masa karantina wajib 14 hari.
Lonjakan kasus mendorong Kota Pyeongtaek di selatan Seoul, tempat garnisun Humphreys Camp, untuk meminta pemerintah melakukan tes pra-keberangkatan bagi tentara AS yang masuk. Untungnya tidak ada infeksi di dalam pangkalan yang dilaporkan sejauh ini.
"Tetapi kami pikir tes sebelum keberangkatan dapat menekan jumlah kasus dan menenangkan kekhawatiran di antara penduduk," kata seorang pejabat kota kepada Reuters, Rabu (15/7).
USFK tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Tetapi pihaknya mengatakan telah mengambil langkah-langkah karantina yang agresif, dengan kurang dari 1 persen personel yang aktif dinyatakan positif COVID-19. Semua personel AS harus menjalani tes, dua pekan masa isolasi, dan tes kedua sebelum dinyatakan bebas dari penyakit tersebut.
Pada Senin (13/7), pejabat Kementerian Kesehatan Korea Selatan Son Young-rae menyebut respons pemerintah AS terhadap virus "sangat kuat" dan menambahkan bahwa kedua belah pihak sedang dalam konsultasi erat mengenai langkah-langkah lebih lanjut. Seorang pejabat militer Korea Selatan mengatakan, lebih banyak tentara AS dipastikan terinfeksi saat musim rotasi saat ini mendekati akhir.
Sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Korea Selatan, warisan Perang Korea 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Tuan rumah bagi lebih dari 20.000 tentara, pasukan Pyeongtaek adalah pangkalan AS terbesar di luar negeri, yang tersebar di area seluas 14,7 juta meter persegi.