REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Presiden Lebanon Michel Aoun berencana untuk mengembalikan para pengungsi Suriah ke negara mereka dalam koordinasi dengan Suriah dan pihak-pihak terkait lainnya, Kamis (16/7) waktu setempat. Hal itu dikatakan dalam kesempatan mengikuti konferensi dengan delegasi Asosiasi Cendekiawan Muslim di Lebanon.
"Kami selalu meminta negara-negara yang terkait dengan urusan pengungsi untuk melakukan bagian mereka dalam mengamankan kepulangan para pengungsi, dan dalam hal ini kami menunggu posisi negara-negara, tetapi kita harus bertindak dengan cara praktis untuk mendorong negara-negara ini melakukan tugas mereka terhadap para pengungsi," ujar Aoun dikutip Middle East Monitor, Jumat (17/7).
Dia menegaskan bahwa Lebanon tidak dalam posisi menyerang siapa pun atau mendukung sengketa dan perang apapun. "Kami sama sekali tidak, tetapi kita wajib membela diri, meski kita netral atau tidak," ujarnya.
Aoun menunjukkan bahwa lembaga-lembaga yang terkait sudah waspada dalam mengamankan perbatasan di selatan, mengingat ketajaman Lebanon untuk menyelesaikan masalah yang disengketakan dengan Israel di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Terorisme tidak memiliki tempat di tanah Lebanon karena kami mengusir teroris dari pegunungan dan dataran kami dan tidak akan pernah membiarkan mereka kembali," tegasnya.
Presiden Lebanon menyinggung masalah korupsi dan kepribadian korup sehingga ia menekankan perlunya melakukan penyelidikan terhadap sumber pendanaan dan siapa pun yang mengelola mereka. "Kami akan menggunakan metode yang efisien untuk mengendalikan file korupsi melalui pengawasan forensik," tukasnya.
Lebanon saat ini adalah rumah bagi sekitar 900 ribu pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara berdarah Suriah. Tetapi setelah ekonomi Lebanon jatuh akhir tahun lalu dan negara itu dilanda krisis virus corona, para pengungsi bahkan lebih berjuang untuk meletakkan makanan di atas meja.