REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya pada Kamis mengatakan biaya menghentikan produksi minyak di negara itu sejak awal Januari telah menyebabkan kerugian miliaran dolar. NOC mengatakan kerugian dari penghentian produksi minyak sejak 17 Januari telah mencapai USD7 miliar.
Sebuah kelompok bersenjata yang terkait dengan panglima pemberontak Khalifa Haftar menutup pelabuhan ekspor minyak di wilayah Bulan Sabit Minyak pada 18 Januari, sehari menjelang Konferensi Berlin di Jerman yang berupaya memberikan solusi bagi krisis Libya.
Para pemimpin suku pro-Haftar juga mengumumkan bahwa mereka menutup produksi minyak di ladang minyak Sharara dan Al-Fil.
Pada awal 2020, Libya - cadangan minyak terbesar Afrika - mampu menghasilkan 1,2 juta barel minyak mentah per hari. Namun, karena gangguan dari kelompok pro-Haftar selama setengah tahun, produksi harian turun di bawah 100.000 barel dan penyaluran bahan bakar melambat.
Sejak April 2019, pasukan Haftar telah melancarkan serangan terhadap ibu kota Libya, Tripoli, dan bagian lain Libya barat laut, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 kematian, termasuk perempuan dan anak-anak. Namun, pemerintah Libya baru-baru ini meraih kemenangan signifikan, mendorong pasukan Haftar keluar dari Tripoli dan Kota Tarhuna yang strategis.