REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Prof Azyumardi Azra menyampaikan pandangan kritisnya tentang isu di Palestina dalam Webinar Internasional bertema 'Stop Israel’s Imperialism' pada Kamis (16/7). Menurutnya, masalah Palestina yang sudah berlangsung selama 72 tahun tidak pernah selesai karena tidak ada persatuan umat Islam dalam merespon isu ini.
Prof Azyumardi mengatakan, di Palestina sendiri ada persaingan antara kelompok Islam Fatah dan kelompok Islam Hamas yang belum berakhir. Maka perlu memastikan persatuan antara Fatah di Tepi Barat dan Hamas di Gaza.
"Masih terjadi pertarungan, persaingan, dan kontestasi antara kedua kelompok ini (Fatah dan Hamas), saya kira selama kedua kelompok ini belum bersatu, betul-betul bersatu, maka masalah Palestina sulit dipecahkan," kata Prof Azyumardi melalui siaran pers MUI yang diterima Republika.
Ia mengatakan, kalau Fatah dan Hamas tidak bersatu. Maka dua kelompok Palestina ini hanya akan menjadi mainan Israel. Saat ini memang Israel sudah menarik rencana kebijakan aneksasi formal kepada Palestina, namun secara faktual sudah banyak wilayah Palestina yang dicaplok Israel.
"Misalnya, kita tidak bisa masuk ke Gaza atau wilayah Tepi Barat kecuali mungkin harus mendapatkan visa dari Israel," ujarnya.
Prof Azyumardi mengatakan, fakta menyedihkan ini terjadi karena faktor Israel dan karena tidak ada kepaduan di kalangan umat Islam sendiri. Selain tidak padunya Fatah dan Hamas, ia melihat tidak kompaknya negara-negara mayoritas Muslim di Timur Tengah mendukung perjuangan Palestina, sehingga membuat keadaan semakin memburuk.
Ia menerangkan, negara-negara di Timur Tengah sampai sekarang keadaannya semakin memburuk. Ada Turki dan ada faktor Iran. Bahkan Turki dan Mesir mau perang di Libya. Sementara Arab Saudi bermusuhan dengan Qatar dan Yaman.
Menurutnya, beberapa negara di Timur Tengah lebih senang berteman dengan Israel daripada negara-negara Muslim yang lain. "Termasuk dalam kasus pemindahan ibu kota ke Yerusalem itu juga faktor dari negara Arab tertentu, membuat negara-negara Barat seperti Amerika mau memindahkan Kedutaan Besar ke Yerusalem dari Tel Aviv," ujarnya.
Prof Azyumardi mengatakan, kondisi Palestina yang seperti itu kalau meminjam perkataan Yasser Arafat, Palestina bukan hanya mengalami penderitaan karena Israel. Tetapi Palestina ditinggalkan, tidak dibantu secara serius oleh negara-negara Arab.