REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Diplomat senior Amerika Serikat untuk Timur Tengah mengatakan bahwa negara-negara Eropa tidak melakukan cukup upaya untuk memeriksa aktivitas Rusia dan sekutunya di Libya.
Saat berpidato di German Marshall Fund, David Schenker mengatakan Eropa "bangga" atas blokade senjata PBB di Libya, padahal itu berarti hanya menghentikan pengiriman senjata dari Turki.
"Satu-satunya larangan yang diberlakukan adalah pengiriman pasokan senjata dari Turki. Tidak ada yang melarang pesawat Rusia, Uni Emirat Arab, maupun Mesir," kata Schenker.
Menurut dia, Eropa seharusnya berlaku adil dengan mengecam semua pihak yang bertikai karena pelanggaran embargo senjata
Libya telah dirundung gejolak sejak 2011, ketika penguasa Muammar Khadafi tewas dalam operasi pimpinan NATO. Pada 2015, pemerintah baru didirikan di bawah perjanjian yang dipimpin PBB, tetapi upaya penyelesaian politik jangka panjang terus gagal karena serangan militer pasukan panglima perang Khalifa Haftar.
Sejak April 2019, pasukan Haftar telah melancarkan serangan ke Tripoli yang mengakibatkan lebih dari 1.000 orang tewas, termasuk warga sipil. Haftar memperoleh dukungan dari Uni Emirat Arab, Mesir, dan Rusia, sedangkan pemerintah yang diakui PBB didukung oleh Turki.
Pemerintah Libya baru-baru ini mencapai kemenangan signifikan atas Haftar di Tripoli dan Tarhuna.
Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta Rusia, telah mengerahkan sekitar 2.000 personel ke Libya untuk mendukung Haftar.
Schenker mengatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan Eropa untuk mengakhiri konflik di Libya adalah memberikan sanksi ke Wagner Group.
"Jika mereka tidak mengambil langkah tegas, maka konflik ini akan berlarut-larut," kata dia lagi.