Ahad 19 Jul 2020 09:41 WIB

Covid-19 di Dunia Terus Naik, Hidup Normal Lagi Masih Jauh

Afrika Selatan menjadi episentrum baru penularan Covid-19

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Seorang pria melihat melalui celah tenda ketika seorang wanita menyaksikan pekerja kesehatan menjelaskan proses mengumpulkan sampel untuk pengujian virus corona, selama kampanye penyaringan dan pengujian yang bertujuan untuk memerangi penyebaran COVID-19 Diepsloot, utara di Johannesburg, Afrika Selatan, Jumat, 8 Mei 2020.
Foto: AP/Themba Hadebe
Seorang pria melihat melalui celah tenda ketika seorang wanita menyaksikan pekerja kesehatan menjelaskan proses mengumpulkan sampel untuk pengujian virus corona, selama kampanye penyaringan dan pengujian yang bertujuan untuk memerangi penyebaran COVID-19 Diepsloot, utara di Johannesburg, Afrika Selatan, Jumat, 8 Mei 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Angka kasus infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) di seluruh dunia menunjukkan pandemi belum akan berakhir segera, sehingga kehidupan normal masih jauh dari harapan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali melaporkan jumlah kasus harian terbaru yang mencapai 259.848.

Afrika Selatan saat ini menjadi satu dari lima negara yang terdampak pandemi Covid-19 paling parah. Negara itu berada setelah Amerika Serikat (AS), Brasil, India, dan Rusia yang seluruhnya tercatat memiliki populasi lebih padat, 

Baca Juga

“Fakta sederhananya adalah bahwa banyak orang Afrika Selatan yang tidak dapat mematuhi protokol WHO  mengenai peningkatan kebersihan dan jarak sosial," ujar Desmond Tutu, seorang mantan uskup agent Afrika Selatan yang juga merupakan pemenang Nobel Perdamaian, dilansir New Zealand Herald, Ahad (19/7). 

Episentrum Covid-19 terbaru di Afrika Selatan, berada di Provinsi Gauteng, yang mencakup kota-kota seperti Ibu Kota Johannesburg dan Pretoria, serta seperempat dari populasi negara itu. Banyak orang miskin hidup dalam kondisi yang padat di tengah musim dingin di belahan bumi selatan yang beku. 

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan Covid-19 data disamakan dengan sinar-X yang bisa mengungkap betapa rapuhnya tulang rangka masyarakat yang telah dibangun. Ia juga mengungkapkan bahwa negara-negara maju gagal menyampaikan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu dunia berkembang melalui masa-masa berbahaya ini.

Di tempat lain, angka kematian setiap hari telah mencapai titik tertinggi baru di beberapa negara bagian AS dan infeksi India lebih dari 1 juta. Para ahli percaya bahwa angka sebenarnya di seluruh dunia lebih tinggi karena menguji kekurangan dan masalah pengumpulan data di beberapa negara.

Kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di seluruh dunia telah mencapai 14.422.468  dan kematian mendekati 604.823, menurut data Worldometers hingga Ahad (19/7). Infeksi melonjak di negara bagian AS seperti Florida, Texas, Arizona, dipicu oleh pelonggaran acak dari karantina wilayah akibat virus corona dan perlawanan dari beberapa orang Amerika untuk memakai masker.

Di AS, tim petugas medis militer telah dikerahkan di Texas dan Kalifornia untuk membantu rumah sakit yang dibanjiri oleh pasien. Lonjakan infeksi membuat jutaan anak-anak Amerika tidak mungkin kembali ke bersekolah secara normal atau langsung di kelas pada musim gugur ini.

Kemudian di India, lonjakan 34.884 kasus baru dilaporkan ketika sejumlah pemerintah daerah itu terus memaksakan lockdown yang terfokus di beberapa bagian negara. Di Iran, Presiden Hassan Rouhani membuat pengumuman mengejutkan bahwa sebanyak 25 juta orang bisa terinfeksi, mengutip sebuah studi Kementerian Kesehatan yang belum dipublikasikan. Iran memiliki wabah terburuk di Timur Tengah dengan lebih dari 270.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi.

Di Bangladesh, kasus yang dikonfirmasi melampaui 200.000 tetapi para ahli mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi karena negara tersebut tidak memiliki laboratorium yang memadai untuk pengujian. Kebanyakan orang di daerah pedesaan telah berhenti mengenakan masker dan memadati pusat perbelanjaan menjelang hari raya Idul Adha pada bulan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement