Rabu 22 Jul 2020 00:35 WIB

Vaksin Covid-19 Oxford Belum Tentu Bisa Digunakan Akhir 2020

Astra Zeneca sebetulnya mampu memproduksi vaksin Covid-19 dari Oxford.

Pembuatan vaksin. (Ilustrasi) Untuk bisa digunakan secara luas, vaksin harus terlebih dahulu menunjukkan kemanjuran pada tahap akhir pengujian, perlu diproduksi dalam jumlah besar, dan pemerintah pun harus secepatnya memberi izin penggunaan vaksin untuk kebutuhan darurat.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Pembuatan vaksin. (Ilustrasi) Untuk bisa digunakan secara luas, vaksin harus terlebih dahulu menunjukkan kemanjuran pada tahap akhir pengujian, perlu diproduksi dalam jumlah besar, dan pemerintah pun harus secepatnya memberi izin penggunaan vaksin untuk kebutuhan darurat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- University of Oxford di Inggris menyampaikan kemungkinan vaksin Covid-19 dapat digunakan pada akhir 2020. Tetapi, tidak ada kepastian soal itu, menurut kepala peneliti yang mengembangkan antivirus tersebut, Selasa.

Calon vaksin Covid-19 yang hak patennya diberikan kepada Astra Zeneca itu berhasil menciptakan respons imun atau kekebalan pada uji coba klinis awal, sebagaimana ditunjukkan dalam hasil penelitian pada Senin (20/7). Hasil positif itu membuat pihak Oxford berharap calon vaksin tersebut sudah dapat digunakan pada akhir tahun ini.

Baca Juga

"Target bahwa vaksin ini dapat dikeluarkan pada akhir tahun, merupakan salah satu kemungkinan, tetapi tentunya belum ada kepastian soal itu, karena ada tiga hal yang masih perlu dipenuhi," kata Sarah Gilbert, ketua pengembang vaksin dari Oxford University saat diwawancarai BBC Radio.

Gilbert mengatakan, vaksin harus terlebih dahulu menunjukkan kemanjuran pada tahap akhir pengujian, perlu diproduksi dalam jumlah besar, dan pemerintah pun harus secepatnya memberi izin penggunaan vaksin untuk kebutuhan darurat. Tiga faktor itu menjadi kuncinya.

"Tiga faktor ini harus dilalui terlebih dahulu sebelum kita dapat melihat banyak orang divaksin," kata dia.

Sejumlah ilmuwan Oxford berharap satu juta dosis vaksin sudah dapat diproduksi pada September 2020. Meskipun kerja sama dengan Astra Zeneca memungkinkan rencana itu terwujud, angka prevalensi atau jumlah pasien positif Covid-19 di Inggris yang menurun menyulitkan proses pengujian khasiat vaksin.

Uji klinis vaksin yang dikembangkan Oxford University saat ini berlangsung di Brasil dan Afrika Selatan. Amerika Serikat juga mulai berpartisipasi dalam uji coba tersebut.

"Faktor paling penting, kami dapat mengumpulkan orang yang terpapar virus dalam jumlah cukup, ditambah dengan jumlah vaksin yang memadai, sehingga kami dapat mengetahui apakah vaksin itu dapat mencegah penyakit dan tetap aman digunakan," kata John Bell, profesor kedokteranUniversity of Oxford, saat diwawancarai BBC Radio.

"Kami yakin, terutama mengingat rendahnya tingkat penularan di UK, para relawan yang telah direkrut dari Brasil dan Afrika Selatan nantinya akan membantu memberi data (terkait kemanjuran vaksin, red)," ujar dia.

Sejauh ini, belum ada vaksin Covid-19 yang mendapat persetujuan untuk digunakan. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa Astra Zeneca mengembangkan salah satu calon vaksin yang potensial.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement