REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan kepada perdana menteri Irak bahwa Teheran tidak akan mencampuri hubungan Baghdad dengan Washington, Selasa (21/7) waktu setempat. Namun, dia memperingatkan bahwa kehadiran Amerika Serikat (AS) di tetangga Republik Islam itu adalah penyebab ketidakamanan.
Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi melakukan kunjungan pertamanya sejak menjabat ke Irak untuk bertemu Ayatollah Ali Khamenei di ibu kota Iran, Teheran.
"Iran tidak akan ikut campur dalam hubungan Irak dengan Amerika tetapi mengharapkan teman-teman Irak untuk mengenal Amerika dan menyadari bahwa kehadiran mereka di negara mana pun menyebabkan korupsi, kerusakan, dan kehancuran," kata pemimpin Iran itu menurut situs resminya dikutip Arab News, Rabu.
"Republik Islam mengharapkan keputusan parlemen untuk mengusir Amerika, ditaati karena kehadiran mereka adalah penyebab ketidakamanan," ujarnya menambahkan.
Khamenei merujuk pada pembunuhan oleh Amerika Serikat (AS) atas jenderal tinggi Iran Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak Januari di Baghdad. Setelah itu parlemen memilih untuk mengusir pasukan AS.
"Mereka membunuh tamumu di rumahmu dan dengan terang-terangan mengakuinya. Iran tidak akan pernah melupakan ini dan pasti akan memberikan pukulan balasan kepada Amerika," kata Khamenei.
Iran memang membalas atas kematian Soleimani beberapa hari setelahnya dengan menembakkan sejumlah rudal ke pasukan AS yang ditempatkan di Irak. Namun Presiden AS Donald Trump memilih untuk tidak menanggapi secara militer.
Sementara serangan di markas Irak barat Ain Al-Asad tidak menewaskan tentara AS, puluhan menderita trauma otak. Menurut Khamenei, Iran menentang apa pun yang dapat melemahkan pemerintah Irak, berbeda dengan AS, yang katanya tidak ingin pemerintah Irak yang kuat dan kuat yang dipilih melalui pemilihan umum.
Kadhimi telah dijadwalkan untuk mengunjungi Arab Saudi sebagai perjalanan pertamanya ke luar negeri, kemudian dengan cepat menindaklanjutinya dengan perjalanan ke Teheran. Penginjakan kakinya ke Arab Saudi terpaksa ditunda setelah Raja Salman dirawat di rumah sakit pada Senin.
Kadhimi naik ke jabatan perdana menteri pada Mei setelah menjabat sebagai kepala Badan Intelijen Nasional Irak selama hampir empat tahun. Dia membentuk hubungan dekat dengan Teheran, Washington, dan Riyadh selama waktu itu yang memicu spekulasi bahwa dia bisa berfungsi sebagai mediator langka di antara ibu kota.
Perjalanannya ke Teheran terjadi setelah ia menerima kedatangan diplomat top Iran Mohammad Javad Zarif di Baghdad pada Ahad sebelumnya. Hubungan antara kedua negara tidak selalu dekat. Keduanya sempat mengalami berperang berdarah dari 1980 hingga 1988.
Pengaruh Teheran di Baghdad tumbuh setelah invasi pimpinan-AS 2003 ke Irak menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein. Iran kini memiliki pengaruh signifikan terhadap banyak kelompok politik Syiah Irak.
Delegasi Irak termasuk menteri urusan luar negeri, keuangan, kesehatan dan perencanaan, serta penasehat keamanan nasional Kadhimi, beberapa di antaranya juga bertemu dengan rekan-rekan Iran. Kadhimi juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Hassan Rouhani untuk membahas hubungan perdagangan yang lebih dekat, memerangi virus corona baru, dan upaya untuk memastikan stabilitas regional.