REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz menggelar rapat kabinet dari rumah sakit melalu konferensi video. Raja Salman harus menjalani perawatan medis karena menderita sakit radang kantong empedu.
Video Raja Salman yang memimpin rapat kabinet disiarkan secara langsung di televisi pemerintah pada Selasa (21/7) malam. Dalam video itu, Raja Salman tampak duduk di belakang meja sambil membaca dan memegang beberapa dokumen.
Tiga sumber Saudi yang berbicara secara anomin mengatakan kepada Reuters , Raja Salman berada dalam kondisi stabil. Seorang pejabat Saudi yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, keluarga kerajaan Saudi tidak merasa panik mengenai penyakit Raja Salman.
Pada Senin (20/7), Raja Salman menerima panggilan telepon dari pemimpin Kuwait, Bahrain, dan Yordania. Sebuah sumber diplomatik mengatakan, putra Raja Salman, Mohammed bin Salman (MbS) terbang kembali ke Riyadh dari istananya di kota Neom, di Laut Merah.
Mohammed bin Salman membatalkan rencana pertemuan dengan delegasi Irak karena harus menemani ayahnya yang sedang sakit. Media pemerintah merilis foto-foto yang menunjukkan MbS ikut mendampingi ayahnya dalam rapat kabinet.
Raja Salman terakhir kali muncul di hadapan publik pada 19 Maret. Ketika itu, Raja Salman menyampaikan pidato selama lima menit di televisi mengenai pendemi virus corona.
Raja Salman telah memerintah Saudi sejak 2015. Dia menghabiskan lebih dari 2,5 tahun sebagai putra mahkota dan wakil perdana menteri sebelum naik takhta menjadi raja. Selain itu, Salman juga pernah menjabat sebagai guberbur Riyadh selama lebih dari 50 tahun.
Penguasa de facto Saudi selanjutnya adalah putra mahkota Mohammed bin Salman. Dia telah meluncurkan reformasi untuk mengubah perekonomian kerajaan Saudi agar tidak selalu bergantung pada minyak. Pangeran berusia 34 tahun itu sangat populer di kaum muda Saudi. MbS telah mengurangi pembatasan di kerajaan Saudi yang konservatif, termasuk memberikan hak-hak kepada perempuan. Selain itu, dia berjanji untuk melakukan diversifikasi ekonomi.
Reformasi putra mahkota telah disertai dengan pembersihan bangsawan kerajaan dan pengusaha atas tuduhan korupsi. Namun, martabatnya kini dipertaruhkan setelah kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018.