REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Perdana Menteri Yordania, Omar al-Razzaz, mengatakan akan melihat solusi dua negara yang menjamin persamaan hak bagi warga Israel dan Palestina. Kondisi itu dapat terjadi jika Israel membatalkan melakukan aneksasi bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki dan mengganti keinginan solusi dua negara.
"Anda menutup pintu untuk solusi dua negara, saya bisa melihat ini dengan sangat baik, jika kita jelas membuka pintu untuk solusi satu negara yang demokratis," ujar al-Razzaz mengatakan kepada The Guardian, Selasa (21/7).
Komunitas internasional dan kepemimpinan Palestina tetap berkomitmen pada solusi dua negara untuk konflik yang telah berlangsung beberapa dekade. Israel menolak gagasan negara binasional, karena khawatir mayoritas Palestina akhirnya akan membahayakan eksistensinya sebagai negara Yahudi.
Tapi, janji Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mencaplok hingga sepertiga dari Tepi Barat yang diduduki sejalan dengan rencana Timur Tengah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kedua agenda itu hampir mustahil untuk mendirikan negara Palestina yang ideal. Para kritikus mengatakan itu akan memaksa Israel untuk memilih antara menjadi "negara apartheid" atau memberikan hak yang sama kepada semua.
"Tapi tidak ada seorang pun di Israel yang membicarakan hal itu, jadi kita tidak bisa hanya melapisi apa yang sedang mereka lakukan. Siapa yang berbicara tentang solusi satu negara di Israel? Mereka berbicara tentang apartheid dalam segala hal," ujar al-Razzaz merujuk pada istilah pembeda yang diterapkan Israel terhadap Palestina.
Al-Razzaz meminta pihak mana pun dari Israel untuk mencoba membicarakan solusi satu negara, ketimbang mencari solusi bagi kedua negara yang tidak menemukan titik akhir. "Tapi mari kita bekerja bersama pada solusi demokrasi satu negara. Itu, saya pikir, kita akan melihat dengan sangat baik. Tetapi menutup satu dan angan-angan tentang yang lain hanyalah penipuan diri," ujarnya.
Dikutip dari Aljazirah, Yordania, sekutu dekat negara-negara Barat dan salah satu dari hanya dua negara Arab yang telah berdamai dengan Israel, sangat menentang aneksasi. Bersama dengan sebagian besar negara-negara Arab dan Barat, mendukung tuntutan Palestina untuk sebuah negara di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur, wilayah yang direbut oleh Israel dalam perang 1967.