REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden menyebut Donald Trump sebagai orang rasis pertama yang menjadi presiden AS. Hal ini ia sampaikan ketika Trump memulai kembali kampanyenya setelah sempat berhenti karena pandemi virus corona.
Saat bertemu dengan Serikat Pekerja Jasa Internasional, Biden menerima keluhan petugas kesehatan yang khawatir karena Trump menyebut virus corona sebagai 'virus China'. Mantan wakil presiden Barack Obama tersebut mengatakan 'sangat menjijikkan' bagaimana Trump berhadapan 'dengan orang berdasarkan warna kulit, asal negara, dan dari mana asalnya'.
"Tidak pernah ada presiden yang pernah melakukan hal ini, tidak pernah, tidak pernah, tidak, tidak ada presiden dari Partai Republik yang pernah melakukan ini, tidak presiden dari Partai Demokrat, kami memiliki orang-orang rasis, dan mereka eksis, dan mereka mencoba terpilih sebagai presiden, dia orang pertama," kata Biden, Kamis (23/7).
Penasihat kampanye Trump, Katrina Pierson, menyerang balik Biden. Ia mengatakan pernyataan tersebut 'menghina kecerdasan pemilih kulit hitam'.
Pierson mengungkit-ungkit masa lalu Biden yang pernah bekerja sama dengan anggota parlemen pendukung segregasi rasial. Ia mengatakan Trump 'menyukai semua orang' dan 'bekerja keras menguatkan semua warga Amerika'.
AS memiliki sejumlah presiden yang memiliki budak atau mendukung kebijakan menindas warga pribumi dan memisahkan warga kulit hitam dari kulit putih. Bulan lalu Princeton University menghapus nama Presiden Woodrow Wilson dari salah satu sekolahnya karena pemikiran dan kebijakannya yang rasis.
Menjelang pemilihan presiden pada 3 November aksi serang Biden-Trump semakin memanas. Sebelumnya Biden menyebut Trump menyalakan api perpecahan. Ia juga kerap mengatakan alasannya maju dalam pemilihan presiden karena marah dengan penilaian Trump terhadap peristiwa Charlottesville, Virginia ketika unjuk rasa supremasi kulit putih bentrok dengan anti-rasisme dan menewaskan aktivis anti-rasisme. Isu ras menjadi semakin menguat setelah George Floyd, seorang laki-laki kulit hitam tewas di tangan polisi kulit putih di Minneapolis pada Mei lalu.