Kamis 23 Jul 2020 10:25 WIB

AS Paksa China Tutup Konsulat di Houston dalam 72 Jam

AS memberi waktu 72 jam pada China untuk menutup kantor konsulat mereka di Houston

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Bendera China-Amerika. AS memberi waktu 72 jam pada China untuk menutup kantor konsulat mereka di Houston. Ilustrasi.
Foto: washingtonote
Bendera China-Amerika. AS memberi waktu 72 jam pada China untuk menutup kantor konsulat mereka di Houston. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memberi waktu 72 jam pada China untuk menutup kantor konsulat mereka di Houston, Texas. Hal ini disampaikan saat muncul tuduhan spionase yang memperburuk hubungan dua perekonomian terbesar di dunia.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan misi China di Houston ditutup. Alasannya adalah 'untuk melindungi properti intelektual dan masyarakat  Amerika'. Presiden AS Donald Trump mengatakan 'selalu mungkin' misi China lainnya akan ditutup juga.

Baca Juga

"Kami pikir ada api di satu yang kami tutup, saya tebak mereka membakar dokumen, atau membakar kerat, dan saya bertanya-tanya tentang apa itu," kata Trump, Rabu (22/7).

Pemadam kebakaran Houston mendatangi kantor konsulat China karena ada asap yang membumbung di atasnya. Pemerintah AS mengatakan mereka memiliki informasi dokumen-dokumen yang sedang dibakar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kantor konsulat itu beroperasi seperti biasa. Kementerian itu mengatakan tiba-tiba Washington meminta kantor konsulat itu ditutup pada Selasa.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan permintaan Amerika menyulut 'ketegangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya'. Juru bicara pemerintah China Hua Chunying mengatakan Kedutaan Besar China di Washington menerima 'ancaman bom dan pembunuhan' karena 'fitnah dan kebencian' yang dipanasi oleh pemerintah AS.

"AS harus mencabut keputusannya yang salah, China pasti akan mengambil langkah balasan dengan tegas," kata Hua.

Salah satu sumber mengatakan sebagai balasannya Partai Komunis China sedang mempertimbangkan untuk menutup kantor konsulat AS di Wuhan. Pakar China mengatakan Beijing juga memiliki opsi untuk mengincar kantor konsulat yang lebih penting seperti Hong Kong, Shanghai, atau Guangzhou.

Penutupan kantor konsulat di kota-kota tersebut  yang jelas akan mengganggu bisnis AS. Pelaksana Tugas Direktur Intelijen Nasional AS Richard Grenell menyinggung AS dapat menutup kantor konsulat China di San Francisco yang menjadi pusat teknologi di Negeri Paman Sam. 

"Hampir terjadi, saya akan melakukan keduanya (Houston dan San Francisco) tapi masuk akal juga untuk memulai dengan salah satu," kata Grenell.

Langkah di Houston ini dilakukan menjelang pemilihan presiden bulan November. Trump dan lawannya mantan wakil presiden Joe Biden ingin terlihat keras terhadap China. Dalam kunjungannya ke Denmark, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berulang kali menuduh China mencuri kekayaan intelektual AS dan Eropa.

Pompeo tidak menyebutkan secara spesifik tentang penutupan kantor konsulat China di Houston. Ia menyinggung gugatan Departemen Kehakiman terhadap dua warga China yang dituduh melakukan spionase siber selama sepuluh tahun.

Dua orang warga China itu diduga memata-matai kontraktor pertahanan, penelitian Covid-19, dan ribuan korban lainnya di seluruh dunia. Pompeo juga menyinggung tentang pidato kepala FBI baru-baru ini yang menyoroti aktivitas spionase China.

"Presiden Trump telah mengatakan: 'Cukup, kami tidak akan membiarkan ini terus berlanjut'," kata Pompeo pada wartawan.

Senator dari Partai Republik Marco Rubio yang menjadi ketua Komite Intelijen di Senat menanggapi penutupan kantor konsulat China di Houston. Di Twitter ia menyebut kantor konsulat itu sebagai 'pusat jaringan besar mata-mata dan operasi Partai Komunis China di Amerika Serikat'.

Surat kabar AS the New York Times mengutip diplomat AS untuk Asia Timur David Stilwell. Ia mengatakan konsulat Houston telah menjadi 'episentrum' upaya tentara China untuk meningkatkan kemampuan perangnya dengan mengirimkan mahasiswa ke universitas-universitas AS.

"Kami mengambil langkah praktis untuk mencegah mereka melakukan itu," kata Stilwell pada the New York Times.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement