REPUBLIKA.CO.ID,BRUSSELS--Inggris dan Uni Eropa bentrok mengenai kesepakatan dagang paska Brexit. Brussel mengatakan 'tampaknya tidak bisa' tapi London yakin kesepakatan dagang dapat selesai pada bulan September.
Sejak Inggris meninggalkan Uni Eropa bulan Januari lalu, kedua belah pihak terus melakukan perundingan mengenai kesepakatan dagang dan hal-hal lain, tapi berjalan buntu. Masing-masing menuduh pihak lain tidak bisa berkompromi sebelum masa transisi selesai pada akhir tahun ini.
Tuduhan tersebut berkembang setelah perundingan terakhir selesai. Negosiator Uni Eropa Michel Barnier mengatakan London tidak menunjukkan kesediaan untuk memecahkan kebuntuan.
Kedua belah pihak sepakat pada satu hal, tidak ada pergerakan dalam isu-isu yang paling sulit. Seperti jaminan keadilan persaingan usaha atau isu perikanan.
"Penolakan untuk memenuhi syarat persaingan yang terbuka dan adil dan kesepakatan yang seimbang dalam perikanan, pada titik ini Inggris membuat (kesepakatan dagang) tidak mungkin," kata Barnier, dalam konferensi pers, Kamis (23/7).
"Waktu untuk menjawabnya dengan cepat habis, jika kami tidak meraih kesepakatan maka masa depan kemitraan kami di masa depan akan lebih banyak friksinya," tambah Barnier.
Sementara negosiator Inggris David Frost mengatakan proposal yang diajukan Eropa tidak memenuhi permintaan London untuk diperlakukan sebagai negara merdeka. Frost juga mengakui masih adanya 'jurang yang perlu dipertimbangkan'.
"Terlepas dari semua kesulitan, berdasarkan pekerjaan yang telah kami kerjakan bulan Juli, penilaian saya kesepakatan itu masih dapat diraih di bulan September, dan kami harus terus bernegosiasi dengan tujuan itu dikepala," kata Frost.