Jumat 24 Jul 2020 17:58 WIB

Laporan: Turki Buka Opsi Militer, Jika Mesir Masuki Libya

Turki tegaskan tetap akan mendukung pemerintahan GNA di Tripoli.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Libya merayakan kemenangan setelah merebut kota Tarhuna dari milisi pemberontak Khalifa Haftar di barat Libya pada 5 Juni 2020. ( Hazem Turkia - Anadolu Agency )
Foto: Anadolu Agency
Tentara Libya merayakan kemenangan setelah merebut kota Tarhuna dari milisi pemberontak Khalifa Haftar di barat Libya pada 5 Juni 2020. ( Hazem Turkia - Anadolu Agency )

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki memberlakukan opsi operasi militer untuk mengantisipasi kemungkinan intervensi Mesir di Libya. Dalam laporan surat kabar Turki Zaman, pemerintah menyiapkan rencana tersebut setelah parlemen Mesir memberikan lampu hijau terhadap pengerahan pasukan ke luar negeri.

"Turki siap untuk menanggapi setiap serangan terhadap pasukannya di Libya. Jika Mesir mengirim pasukan militer ke Libya, Turki memiliki rencana untuk meningkatkan pasukan dan militernya peralatan di Libya untuk menghadapi pasukan Mesir," ujar sumber-sumber Turki yang dikutip surat kabar Zaman, dilansir Al-Arabiya, Jumat (24/7).

Baca Juga

Penasihat utama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin mengatakan, Turki tidak ingin meningkatkan ketegangan di Libya maupun menghadapi militer Mesir. Namun Kalin menegaskan bahwa Ankara akan terus memberikan dukungan kepada Government of National Accord (GNA) yang berbasis di Tripoli.

Sebelumnya, Turki dan Rusia sepakat untuk mendesak gencatan senjata di Libya. Ankara meminta pasukan Libyan National Army (LNA) menarik diri dari posisi-posisi penting agar gencatan senjata dapat berjalan dengan efektif.

Moskow dan Ankara adalah pemain utama dalam konflik Libya. Rusia mendukung pasukan LNA yang dipimpin oleh Khalifa Haftar, yang berbasis di wilayah timur. Sementara, Turki mendukung kelompok Government of National Accord (GNA) yang berbasis di Tripoli.

"Kami baru saja mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk mengerjakan gencatan senjata yang kredibel dan berkelanjutan di Libya," kata Kalin, kepada kantor berita Reuters.

Kalin mengatakan, kesepakatan gencatan senjata harus diikuti dengan penarikan pasukan Haftar dari kota strategis Sirte yang merupakan pintu gerbang ke ladang minyak di timur Libya, dan al-Jufra yang merupakan pangkalan udara. "Agar gencatan senjata bisa berkelanjutan, pasukan Haftar harus keluar dari Jufra dan Sirte," ujarnya.

Pasukan GNA yang didukung Turki dan diakui PBB telah bersumpah untuk merebut kembali Sirte dan pangkalan udara al-Jufra. Amerika Serikat (AS) mengatakan, Moskow mengirim pesawat perang ke al-Jufra melalui Suriah untuk mendukung tentara bayaran Rusia yang bertempur bersama LNA. Namun Rusia dan LNA menyangkal pernyataan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement