Senin 27 Jul 2020 05:44 WIB

Bila Harus Lockdown lagi, Malaysia Kehilangan Rp 6,9 T

Penerapan lockdown selama tiga bulan telah berdampak buruk bagi ekonomi Malaysia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah warga antri memasuki sebuah outlet pada salah satu pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur, Senin (11/5/2020), memasuki hari ke 55 Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau Pembatasan Pergerakan. Pemerintah Malaysia memutuskan memperpanjang PKP Bersyarat (PKPB) hingga 9 Juni 2020 hingga berhasil sepenuhnya menangani COVID-19.
Foto: Antara/Agus Setiawan
Sejumlah warga antri memasuki sebuah outlet pada salah satu pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur, Senin (11/5/2020), memasuki hari ke 55 Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau Pembatasan Pergerakan. Pemerintah Malaysia memutuskan memperpanjang PKP Bersyarat (PKPB) hingga 9 Juni 2020 hingga berhasil sepenuhnya menangani COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR--Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin mengatakan Malaysia tak mampu bila harus kembali menjalani lockdown. Bila skenario lockdown seperti Maret lalu kembali terulang, pemerintah akan kehilangan hingga 2 miliar RM atau sekitar Rp 6,9 triliun per hari.

Tak hanya itu, ada banyak pula lapangan pekerjaan yang akan terancam. "Saya yakin tiga bulan merupakan waktu yang cukup untuk membuat orang-orang tetap di rumah," ujar Tan Sri Muhyiddin, seperti dilansir The Malaysian Reserve.

Penerapan lockdown selama tiga bulan sudah memberi dampak yang berat bagi perkonomian negara Malaysia. Ada beragam bisnis yang mengalami kerugian dan banyak warga yang kehilangan pekerjaan.

Karena itu, Tan Sri Muhyiddin meminta kerja sama masyarakat untuk mematuhi aturan dan protokol kesehatan yang telah digaungkan. Dia juga mengingatkan bahwa dampak yang akan timbul pada perekonomian Malaysia akan jauh lebih berat bila lockdown kembali diterapkan."Tentunya kita tidak ingin hidup dalam kondisi lockdown lagi," tambah Tan Sri Muhyiddin.

Malaysia tidak menutup kemungkinan akan kembali menerapkan lockdown bila penambahan kasus per hari mencapai lebih dari 100 kasus. Hal ini diumumkan pada Ahad (26/7). Malaysia sempat menjalani lockdown atau Perintah Kawalan Pergerakan (MCO) selama tiga bulan akibat Covid-19. Penerapan MCO ini berlangsung sejak 18 Maret hingga 9 Juni.

Selama MCO berlangsung, sebagain besar masyarakat Malaysia dilarang untuk keluar rumah kecuali untuk membeli kebutuhan sehari-hari, makanan atau obat-obatan. Pekerja esensial seperti pegawai rumah sakit dan toserba masih diizinkan untuk keluar rumah dan bekerja.

Upaya ini membuahkan hasil dan pada 1 Juli Kementerian Kesehatan Malaysia mengumumkan tak ada lagi penambahan kasus Covid-19 dari transmisi lokal. Hanya ada satu kasus Covid-19 yang merupakan kasus impor pada saat itu.

Akan tetapi, satu minggu terakhir mulai terjadi penambahan kasus Covid-19 kembali di Malaysia. Pada Sabtu (25/7), Malaysia tercatat memiliki penambahan kasus Covid-19 baru sebanyak 23 kasus. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan satu hari sebelumnya yaitu 16 kasus pada Jumat (21/7).

Bila penambahan kasus Covid-19 per hari menembus tiga digit, pemerintah Malaysia berkomitmen kembali menerapkan MCO."Bila mencapai tiga digit, kami tak memiliki pilihan," kata Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Sri Ismail Sabri Yaakob, seperti dilansir Strait Times.

Bila MCO kembali diterapkan, pemerintah Malaysia menyadari akan ada banyak pihak yang kesulitan. Termasuk, orang-orang yang harus bekerja untuk mencari nafkah. "Akan tetapi upaya ini harus diambil (bila penambahan kasus mencapai lebih dari 100 per hari)," ujar Datuk Sri Ismail.

Datuk Sri Ismail menilai kemunculan kembali kasus Covid-19 berkaitan dengan kepatuhan masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan. Tak sedikit masyarakat yang dinilai mulai lupa dan mengabaikan protokol-protokol kesehatan ketika aturan mulai dilonggarkan. "Dan angka kasus mulai meningkat lagi," kata Datuk Sri Ismail. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement