Senin 27 Jul 2020 11:44 WIB

Jelang Pilpres AS Popularitas Trump Semakin Merosot

Keyakinan warga AS pada Trump semakin merosot akibat buruknya penanganan pandemi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Presiden Donald Trump berbicara selama konferensi pers di Gedung Putih, Rabu, 22 Juli 2020. Keyakinan warga AS pada Trump semakin merosot akibat buruknya penanganan pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden Donald Trump berbicara selama konferensi pers di Gedung Putih, Rabu, 22 Juli 2020. Keyakinan warga AS pada Trump semakin merosot akibat buruknya penanganan pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menjelang pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) pada November 2020, popularitas Donald Trump dalam posisi berbahaya. Sebuah jajak pendapat dari The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research menemukan, tingkat kepuasan terhadap penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh pemerintahan Trump merosot menjadi 32 persen.

Hambatan politik telah memicu perubahan yang tiba-tiba di Gedung Putih dan kampanye Trump. Awalnya, Trump sempat meremehkan pandemi virus corona dan mengabaikan penyebarannya yang telah meluas di seluruh dunia. Bahkan, Trump enggan mengenakan masker ketika tampil di depan publik meski jumlah kasus infeksi virus corona di AS telah menempati posisi teratas di dunia.

Baca Juga

Namun, pekan lalu Trump memperingatkan bahwa situasi negara ketika pandemi cenderung semakin memburuk. Selain itu, Trump mulai mengenakan masker dan mendesak seluruh warga Amerika untuk melakukan hal serupa.

Jajak pendapat AP-NORC memperjelas tantangan Trump. Sebanyak 8 dari 10 orang Amerika Serikat mengatakan bahwa negaranya telah menuju ke arah yang salah. Berdasarkan hasil jajak pendapat, hanya 38 persen warga Amerika yang mengatakan bahwa perekonomian nasional membaik. Jumlah tersebut menurun dari 67 persen dalam jajak pendapat pada Januari, tepatnya sebelum pandemi.

Tantangan lain terkait dengan penanganan pandemi yakni ketika Trump secara agresif mendesak seluruh sekolah agar kembali dibuka saat musim gugur. Jajak pendapat menemukan sekitar sepertiga warga Amerika menentang keputusan tersebut. Sementara hampir separuh warga Amerika setuju dengan pembukaan kembali sekolah dengan penyesuaian dan mengikuti protokol kesehatan.

Kelemahan tersebut memberikan peluang bagi pesaing Trump, yakni Joe Biden untuk mengambil panggung. Biden mengambil keuntungan dari reaksi publik terhadap tindakan pemerintah dalam menangani pandemi virus corona.

"Orang-orang lelah dengan pemerintahan yang terpecah belah dan hancur dan tidak bisa menyelesaikan sesuatu. Apa yang dirasakan orang-orang dan didapatkan dari Trump saat ini adalah kekacauan pembicaraan politik yang mementingkan diri sendiri," ujar Wakil Manajer Kampanye Biden, Kate Bedingfield.

Pandemi virus corona telah memberikan keterbatasan pada ruang gerak kedua calon presiden untuk melakukan kampanye. Trump beberapa kali tetap menggelar kampanye di ruang terbuka bersama dengan para pendukungnya. Sementara Biden lebih memilih menghabiskan beberapa bulan terakhir dengan menyampaikan pidato kepada kelompok kecil melalui pertemuan virtual.

Trump berpendapat Biden tidak memiliki energi untuk menggelar kampanye di ruang terbuka. Sementara, Biden mengataka, dia ingin masyarakat melihat bahwa calon pemimpinnya mematuhi pedoman kesehatan dan tidak membahayakan kesehatan warga Amerika.

Secara keseluruhan, 38 persen orang Amerika menyetujui kinerja presiden. Sekitar 81 persen Republikan menyetujui kinerja pekerjaan Trump, namun hanya 68 persen Republikan yang mendukung penanganannya terhadap pandemi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement