Senin 27 Jul 2020 13:34 WIB

Ada Corona, Vietnam Evakuasi 80 Ribu Turis dari Da Nang

Evakuasi akan memakan waktu setidaknya empat hari.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Virus corona  (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam mengevakuasi 80 ribu orang yang sebagian besar turis lokal dari pusat pariwisata Da Nang, Senin (27/7). Tindakan ini diambil setelah tiga warga dinyatakan positif terkena virus Corona pada akhir pekan.

Pemerintah menyatakan, evakuasi akan memakan waktu setidaknya empat hari. Untuk melakukan operasi tersebut, maskapai penerbangan domestik akan mengoperasikan sekitar 100 penerbangan setiap hari dari Danang ke 11 kota Vietnam.

Baca Juga

Negara Asia Tenggara itu kembali waspada setelah pemerintah mengonfirmasi infeksi komunitas pertamanya sejak April pada Sabtu (25/7) dan tiga kasus lainnya sehari berikutnya. Semua kasus yang ditemukan di atau sekitar kota wisata Danang.

Vietnam masih tertutup bagi pariwisata asing. Namun telah terjadi lonjakan wisatawan domestik yang ingin memanfaatkan diskon penerbangan dan paket liburan ke hotel dan resor lokal. Mereka yang kembali dari Danang ke bagian lain negara itu akan diminta untuk karantina di rumah selama 14 hari.

Menyusul penemuan kasus baru, Perdana Menteri, Nguyen Xuan Phuc, memerintahkan polisi untuk meningkatkan tindakan terhadap imigrasi ilegal ke negara itu. Media pemerintah mengatakan, polisi di Danang telah menangkap seorang pria China berusia 42 tahun yang katanya adalah kepala kelompok kriminal yang membantu orang-orang secara ilegal memasuki Vietnam dari Cina. Namun, pihak berwenang belum secara resmi menghubungkan kasus-kasus baru di Danang dengan imigrasi ilegal.

Pemerintah mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah bahwa pihak berwenang di provinsi Ha Giang yang berbatasan dengan China telah menangkap lebih dari 1.500 orang secara ilegal menyeberang ke provinsi itu sejak Mei. Kebanyakan dari mereka yang ditangkap adalah warga negara Vietnam dan dikarantina.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement