REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Perubahan fungsi Hagia Sophia dari museum menjadi masjid masih timbulkan kontroversi. Namun ulama Islam sedunia meyakini perubahan ini menguntungkan Islam dan Kristen dalam tatanan kehidupan global.
Ketua Pesatuan Ulama Islam Sedunia Ahmad al-Raisuni mengungkapkan mereka yang terganggu dengan pengalihfungsian Hagia Sophia sebagai tempat ibadah merupakan pihak yang tak suka dengan peran penting Turki di global.
Dalam sebuah pernyataan tertulis di akun sosial media, al-Raisuni menuturkan bahwa Turki telah melakukan langkah yang menguntungkan bagi agama Islam dan Kristen dengan membuka kembali bangunan bersejarah itu sebagai tempat ibadah.
Al-Raisuni menyebut ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari pembukaan Hagia Sophia, di antaranya; Turki mulai terlepas dari konsekuensi Perang Dunia I yang menyeret umat Islam ke dalam masa-masa keterpurukan, di mana banyak masjid ditutup.
"Sekarang debu yang mengguncang Turki itu sudah terhempas, warisan barat dan kekalahan itu telah berakhir," ujar al-Raisuni.
Situasi ini juga menunjukkan Turki telah mengambil alih kedaulatan penuh atas tanah dan institusinya.
Dia mengatakan bahwa langkah ini dianggap sebagai "tanda transformasi dominasi agama di seluruh dunia".
"Beberapa pihak tak nyamanan atas pembukaan Hagia Sophia karena faktor politik dan ideologis. Secara khusus, mereka juga khawatir dengan peningkatan peran Turki," tekan dia.
Ketua asosiasi itu juga menyatakan kebahagiaannya atas langkah ini, yang menjadi indikator dari beberapa perkembangan positif, seperti pembebasan Masjid al-Aqsa pada masa yang akan datang.