Rabu 29 Jul 2020 16:03 WIB

Di Zimbabwe Beredar Kabar, Warga Kulit Hitam Kebal Corona

Ada juga yang meyakini virus Corona akan hilang setelah mandi dengan air panas.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Mitos mengenai pandemi virus Corona jenis baru atau Covid-19 beredar luas di Zimbabwe. Beberapa warga Zimbabwe percaya, virus tersebut dapat berkembang dengan cepat di musim dingin, sementara yang lainnya mengklaim orang Afrika kebal terhadap virus Corona.

Salah satu warga yang tinggal di ibu kota Harare, Pamela Hove (45 tahun) meyakini bahwa orang kulit hitam tidak akan meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19. Dia percaya bahwa virus Corona hanya seperti flu biasa yang bisa disembuhkan. Menurutnya, keberadaan virus korona hanya bohong belaka.

Baca Juga

"Orang kulit hitam jarang ada yang mati karena virus Corona, itu hanya seperti flu biasa dan bisa menghilang. Kami telah dibohongi bahwa banyak orang yang sakit karena Covid-19," ujar Pamela kepada Anadolu Agency, Rabu (29/7).

Pamela tinggal di daerah Mbare, salah satu kota tertua di Harare. Dia sehari-hari mengelola kios sayur dan buah-buahan. Orang-orang yang tinggal di daerah miskin seperti Pamela kerap menyebarkan mitos dan informasi yang salah mengenai virus Corona.

Seorang praktisi kesehatan yang tinggal di Harare, Mevion Chuma mengatakan, sebagian besar warga percaya dengan mitos bahwa virus Corona dapat diobati dengan mandi menggunakan air panas. Air yang digunakan untuk mandi harus berada pada suhu 60 derajat Celcius.

Mitos mengenai pandemi virus korona tak hanya beredar di kalangan orang miskin. Seorang warga berpendidikan tinggi seperti Dan Gowere (29 tahun), yang mengantongi gelar sarjana ilmu sejarah percaya bahwa dia tidak akan terkena virus Corona. Namun, Gowere harus menelan ludahnya sendiri karena belum lama ini dia dinyatakan terinfeksi virus Corona dan menjalani karantina.

Warga Zimbabwe lainnya yakni, Tembi Dlela (56 tahun) yang tinggal di Bulawayo percaya kepada mitos bahwa virus Corona menyebar melalui gigitan nyamuk. Dlela mengatakan, virus Corona bisa hilang ketika nyamuk telah dibasmi. Bahkan, beberapa warga ada yang percaya mengkonsumsi minuman alkohol dapat mencegah virus korona.

Mitos dan penyebaran informasi yang salah terhadap virus korona membuat tenaga medis kesulitan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi. Direktur Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan dan Perawatan Anak Zimbabwe, Protia Manangazira mengatakan, meluasnya penyebaran mitos telah menjadi penyebab melonjaknya kasus virus Corona dan kematian di negara tersebut. "Saat ini persepsi risiko rendah di tingkat individu dan masyarakat menjadi faktor peningkatan kasus," ujar Manangazira.

Seorang petugas medis sukarela, Terrence Mukusha (28 tahun) menyalahkan penyebaran mitos di masyarakat sebagai penyebab peningkatan kasus virus Corona. Mitos-mitos yang salah mengenai virus Corona tidak hanya menyebar dari mulut ke mulut, namun juga menyebar luas di sosial media.

“Banyak mitos dan berita palsu telah beredar di berbagai platform media sosial. Beberapa mitos ini termasuk orang kulit hitam tidak bisa terkena Covid-19. Ini membuat banyak orang kulit hitam, terutama di Afrika, merasa santai dan berpikir bahwa mereka kebal terhadap virus," kata Mukusha.

Mathias Gavanga dari Kementerian Kesehatan dan Perawatan Anak Zimbabwe berulang kali menyatakan bahwa transmisi virus Corona tidak dipengaruhi oleh faktor cuaca. Virus dapat berkembang di cuaca panas maupun dingin. Dia menegaskan, hingga saat ini tidak ada data atau bukti yang menunjukkan penyebaran virus korona melalui nyamuk. Dia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan yakni mengenakan masker, dan mencuci tangan dengan sabun, serta menghindari kerumunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement