REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Tim peneliti dari Amerika Serikat telah menemukan, garis keturunan yang memunculkan SARS-CoV-2, virus yang bertanggung jawab atas pandemi Covid-19, telah beredar pada kelelawar selama beberapa dekade. Tak hanya itu, peneliti juga menemukan kemungkinan virus lain yang mampu menginfeksi manusia.
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology, dan memiliki implikasi untuk pencegahan pandemi di masa depan yang berasal dari garis keturunan ini.
"Coronavirus memiliki material genetik yang sangat rekombinan, artinya berbagai wilayah genom virus dapat berasal dari berbagai sumber," kata peneliti studi Maciej Boni dari Penn State University di AS.
"Ini membuat sulit untuk merekonstruksi asal-usul SARS-CoV-2. Anda harus mengidentifikasi semua wilayah yang telah mengkombinasikan dan melacak sejarah mereka. Untuk melakukan itu kami mengumpulkan tim dari beragam keahlian, seperti dalam rekombinasi, penanggalan filogenetik, pengambilan sampel virus, serta evolusi molekuler dan virus,” tambah Boni seperti dikutip dari Times Now News, Kamis (30/7).
Tim menggunakan tiga pendekatan bioinformatik berbeda untuk mengidentifikasi dan menghilangkan daerah rekombinan dalam genom virus Covid-19. Selanjutnya, mereka merekonstruksi sejarah filogenetik untuk daerah non-rekombinan dan membandingkannya satu sama lain untuk melihat virus tertentu yang terlibat dalam peristiwa rekombinasi di masa lalu.
Tim peneliti mampu merekonstruksi hubungan evolusi antara virus Covid-19, virus kelelawar dan trenggiling. Para peneliti menemukan bahwa garis keturunan virus yang dimiliki virus Covid-19 berbeda dari virus kelelawar lain sekitar 40 hingga 70 tahun yang lalu.
Meskipun SARS-CoV-2 secara genetik mirip (sekitar 96 persen) dengan coronavirus RaTG13, namun tim menemukan, keduanya berbeda cukup jauh. RaTG13 ditemukan pada spesies kelelawar Rhinolophus affinis pada 2013 di provinsi Yunnan, China.
“Kemampuan untuk memperkirakan waktu divergensi setelah menguraikan sejarah rekombinasi merupakan sesuatu yang kami kembangkan dalam kolaborasi ini. Tentunya ini dapat mengarah pada wawasan tentang asal-usul banyak patogen virus yang berbeda,” kata peneliti lainnya, Philippe Lemey.
Tim menemukan bahwa salah satu sifat lama yang dibagikan oleh SARS-CoV-2 dengan kerabatnya adalah domain pengikatan reseptor (RBD) yang terletak pada protein Spike, yang memungkinkan virus untuk mengenali dan mengikat reseptor pada permukaan sel manusia. Tim menyimpulkan bahwa mencegah pandemi di masa depan akan memerlukan pengambilan sampel yang lebih baik pada kelelawar liar, dan penerapan sistem pengawasan penyakit manusia yang mampu mengidentifikasi patogen baru pada manusia dan meresponnya secara real-time.