REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri luar negeri Arab Saudi pada Rabu (29/7) mengatakan rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai di Libya akan mengakhiri intervensi dan konflik asing di negara itu.
Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Burita, Faisal bin Farhan mengatakan bahwa Saudi khawatir tentang dampak situasi di Libya pada keamanan regional Arab.
"Pihak-pihak Libya bisa menemukan solusi untuk masalah mereka. Seharusnya ada solusi politik untuk krisis ini," kata Burita kepada wartawan.
Sebelum kunjungannya ke Maroko, diplomat senior itu juga mengunjungi Mesir, Aljazair dan Tunisia untuk berbicara tentang situasi yang berkembang di Libya. Libya telah menghadapi gejolak akibat perang saudara sejak kematian penguasa Muammar Khaddafi pada 2011.
Di bawah perjanjian yang dipimpin PBB, pemerintah baru Libya didirikan pada 2015, tetapi upaya untuk penyelesaian politik jangka panjang gagal karena serangan militer oleh pasukan panglima perang Khalifa Haftar. PBB mengakui pemerintah Libya yang dipimpin oleh Perdana Menteri Fayez al-Sarraj sebagai otoritas sah negara itu. Turki terus mendukung pemerintah yang diakui secara internasional, sementara Haftar didukung oleh Rusia, Prancis, Mesir dan Uni Emirate Arab.