REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Lembaga penelitian penyakit menular pemerintah Jerman, Robert Koch Institute (RKI) menetapkan tiga wilayah di Spanyol sebagai daerah dengan risiko penularan virus corona yang tinggi. Salah satunya Catalonia, yang menaungi Barcelona.
Pada Jumat (31/7), RKI mengumumkan tiga wilayah itu adalah Catalonia, Aragon, dan Navarre. Liburan musim panas memicu kekhawatiran wisatawan yang baru pulang dari destinasi wisata yang angka kasus infeksinya meningkat seperti Spanyol menimbulkan gelombang kedua wabah virus corona di Jerman.
Pada Senin (27/7) lalu, pemerintah Jerman mengatakan semua orang yang baru pulang liburan dari wilayah-wilayah yang risiko penularannya tinggi. Wajib mengikuti tes virus corona di bandara.
Inggris juga sudah mewajibkan orang yang baru pulang dari Spanyol melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Pada Rabu (29/7) lalu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintah harus 'bergerak cepat' mengisyaratkan tindakan lebih lanjut.
"Apa yang harus kami lakukan adalah bergerak cepat dan mengambil aksi yang menentukan saat kami mulai mengira risiko menggelembung lagi," kata Johnson selama mengunjungi Nottinghamshire.
Perdana Menteri Spanyol memprotes keputusan Inggris tersebut. Ia mengatakan peraturan itu 'tidak adil'. Pedro Sanchez mengatakan sebagian wilayah Spanyol lebih aman dari virus corona dibandingkan di Inggris.
Inggris melarang semua perjalanan tidak esensial ke Spanyol termasuk Pulau Balearic dan Canary. Mereka juga menghapus Spanyol dan pulau-pulau itu dari negara yang dikecualikan dalam kewajiban karantina selama 14 hari.
"Mari memperjelas apa yang terjadi di Eropa, di sebagian rekan Eropa kami, saya takut Anda mulai melihat tanda-tanda gelombang kedua pandemi di beberapa tempat," kata Johnson.