REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang remaja asal Tampa, Florida, Amerika Serikat ditangkap kepolisian karena menjadi dalang dibalik peretasan akun-akun tokoh besar di Twitter beberapa waktu lalu. The New York Times, dikutip Sabtu, menulis, Graham Ivan Clark, yang baru berusia 17 tahun, ditangkap di apartemennya pada Jumat (31/7) waktu setempat.
Clark dikenai 30 tuduhan atas kejahatan besar, termasuk penipuan dan akan dihukum sebagai orang dewasa. Clark baru saja lulus SMA di Florida. Dia tidak bertindak sendiri dalam peretasan besar ini, melainkan dibantu dua orang masing-masing bernama Mason John Sheppard (19) asal Inggris Raya dan Nima Fazeli (22) dari Orlando, Florida.
Menurut Departemen Kehakiman AS, kedua pelaku ini menggunakan nama hacker 'Chaewon' dan 'Rolex'. Keduanya dituduh membantu Clark, yang menggunakan nama samaran Kirk, dalam peretasan. FBI menyatakan, Clark dan Fazeli sudah ditangkap, namun Sheppard belum ditahan dan akan berada dalam pengawasan.
Pengacara negara bagian Florida yang menangani kasus tersebut, Andrew Warren, menyebutkan Clark, meski pun baru berusia 17 tahun, cukup berpengalaman hingga berhasil menembus jaringan Twitter tanpa terdeteksi. Clark menipu dan meyakinkan salah seorang pegawai Twitter bahwa dia salah seorang pekerja di departemen teknologi, memerlukan akses untuk masuk ke portal layanan konsumen, menurut pernyataan resmi Florida.
Para pelaku berafiliasi dengan komunitas peretas spesialisasi mengambil alih akun, menurut pakar keamanan siber, menggunakan metode SIM-swapping. Mereka meretas operator seluler untuk mengambil alih nomor ponsel dan informasi penting. Mereka menargetkan pegawai Twitter kemudian mencuri informasi penting agar bisa masuk ke sistem internal platform tersebut.
Setelah masuk sistem internal, peretas menyetel ulang kata kunci akun. Peretas mencuit dari 45 akun yang diretas, mengakses kotak pesan 36 akun dan mengunduh informasi dari tujuh akun.
Peretas meminta pengikut akun-akun terverifikasi, antara lain milik Elon Musk dan Barack Obama, untuk mengirimkan uang dalam bentuk bitcoin. Menurut agen federal, Sheppard berhasil dilacak keberadaannya karena ia menggunakan SIM pribadi untuk memverifikasi dirinya saat melakukan pertukaran mata uang kripto Binance dan Coinbase.
Akun miliknya diketahui telah mengirim dan menerima beberapa bitcoin hasil skimming. Sementara Fazeli juga menggunakan SIM untuk memverifikasi dengan Coinbase. Akun yang dikendalikan oleh 'Rolex' diduga menerima pembayaran dengan imbalan nama pengguna Twitter curian.
Fazeli menghadapi hukuman lima tahun penjara dan denda 250 ribu dolar AS untuk satu tuduhan intrusi komputer. Sedangkan Sheppard didakwa dengan peretasan komputer, konspirasi penipuan kawat, dan konspirasi pencucian uang dengan hukuman 20 tahun dan denda 250 ribu.
New York Times menuliskan penipuan tersebut menjaring uang senilai lebih dari 180 ribu dolar AS. Sementara laman Cnet, mengutip keterangan dari Departemen Kehakiman AS, melaporkan terdapat lebih dari 400 transfer senilai lebih dari 100 ribu dolar AS.