Sabtu 01 Aug 2020 15:41 WIB

Tokyo Kembali Catat Penambahan 472 Kasus Baru Covid-19

Penambahan kasus bisa mendorong otoritas Tokyo nyatakan status darurat

Pejalan kaki yang mengenakan topeng pelindung sedang berjalan melewati poster acara Olimpiade Tokyo 2020, yang dijadwalkan kembali dibuka pada 23 Juli 2021 karena pandemi virus coronavirus COVID-19, di Tokyo, Jepang, 15 Juli 2020.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Pejalan kaki yang mengenakan topeng pelindung sedang berjalan melewati poster acara Olimpiade Tokyo 2020, yang dijadwalkan kembali dibuka pada 23 Juli 2021 karena pandemi virus coronavirus COVID-19, di Tokyo, Jepang, 15 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Otoritas Tokyo mengonfirmasi sekitar 472 kasus baru virus corona pada Sabtu (1/8), demikian dilaporkan stasiun TV NHK yang mengutip pejabat Tokyo. Angka itu menjadi rekor terbaru dalam dua hari berturut-turut saat jumlah kasus COVID-19 dilaporkan berada di atas 400.

Meski Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan kota tersebut dapat menyatakan status daruratnya sendiri, pemerintah pusat berpendapat masih belum perlu mengumumkan status darurat secara nasional meski terjadi rekor lonjakan di sejumlah kota di Jepang.

Sebelumnya Gubernur Tokyo Yuriko Koike pada Jumat mengonfirmasi 463 kasus baru corona. Jumlah itu merupakan angka tertinggi baru dalam satu hari. Koike juga memohon warga untuk mengikuti pedoman kesehatan untuk menghentikan penyebaran virus.

"Kalau situasinya memburuk, Tokyo terpaksa harus mempertimbangkan untuk menyatakan status darurat," kata Koike saat konferensi pers.

"Kita memasuki masa liburan musim panas, ketika orang-orang biasanya membuat rencana pesiar dan mengunjungi berbagai acara, tapi sayangnya musim panas kali ini akan berbeda dibandingkan tahun biasanya," ucap dia menambahkan.

Pernyataan Koike itu bergaung kembali setelah tiga bulan lalu ia meminta para warga untuk tinggal di rumah semasa liburan Pekan Emas pada akhir April-awal Mei, ketika Jepang berada di bawah status darurat nasional.

Pemerintah mencabut status tersebut pada akhir Mei setelah Jepang tampaknya sudah dapat membendung wabah itu. Pemerintah menggembar-gemborkan kebiasaan mengenakan masker serta kemampuan sistem kesehatan sebagai faktor-faktor yang membantu negara itu bisa lebih baik menangani pandemi corona dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat.

Namun, virus itu telah muncul lagi dalam gelombang baru yang mengkhawatirkan, terutama dalam sepekan belakangan ini, ketika pemerintah meluncurkan program pemberian subsidi kontroversial Go To Travel. Program tersebut diniatkan untuk menghidupkan kembali industri pariwisata domestik.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement