Senin 03 Aug 2020 23:44 WIB

Bercocok Tanam Hidroponik di Jalur Gaza yang Minim Air

Warga Gaza berinovasi dengan hidroponik untuk bertani di Jalur Gaza.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Gaza berinovasi dengan hidroponik untuk bertani di Jalur Gaza. Ilustrasi hidroponik.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Warga Gaza berinovasi dengan hidroponik untuk bertani di Jalur Gaza. Ilustrasi hidroponik.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Belum lama ini, Azem Abu Daqqa lulusan teknik pertanian bersiap untuk menumbuhkan tiga ribu bibit selada di rumah kaca berukuran 200 meter persegi. Ia menggunakan teknik hidroponik yaitu teknologi yang belum banyak digunakan di wilayah Palestina.

Abu Daqqa dan saudara perempuannya Safiyya yang memiliki spesialisasi dalam bidang yang sama di universitas dapat membawa ke pasar hasil panen pertamanya sebulan yang lalu. Sebelumnya mereka telah memulai bercocok tanam dari awal Januari 2020.

Baca Juga

Abu Daqqa mengaku mendapat keuntungan yang memuaskan dari hasil investasinya. Kini dia mencari peluang untuk memperluas proyek pertaniannya dalam beberapa hari mendatang.

Abu Daqqa menjelaskan bahwa hasil bercocok tanam di lahan seluas 200 meter persegi (sekitar 0,2 dunum), setara dengan apa yang dapat dihasilkan dari 1,5 dunum lahan pertanian menggunakan metode pertanian tradisional.

Salah satu keunggulan hidroponik adalah tanaman siap dipanen hampir dua setengah kali lebih cepat. Bahkan hasilnya dua kali lipat dari yang dihasilkan pertanian tradisional.

Menanam tanaman di air (hidroponik) adalah teknik pertanian baru di Jalur Gaza. Tidak membutuhkan tanah dan menggunakan air 90 persen lebih sedikit daripada pertanian konvensional.

Menurut Uni Komite Pekerjaan Pertanian, teknik bertani ini sangat penting di Jalur Gaza yang menderita kekurangan air dan berkurangnya ruang untuk pertanian. Ini juga akan menyediakan makanan yang lebih banyak dan lebih aman karena tidak bergantung pada pestisida dan pupuk kimia yang diperlukan untuk merawat tanah.

"Dalam sistem ini, kami tidak menggunakan pestisida atau pupuk kimia, tidak seperti di pertanian tradisional, kami menggunakan nutrisi alami," kata Abu Daqqa, dilansir dari Qantara De, Senin (3/8).

Di antara tiga jenis tanaman yang dihasilkan melalui hidroponik, Abu Daqqa saat ini fokus pada tanaman daun musim panas seperti selada. Dia berniat untuk terus menanam buah-buahan, mengingat keberhasilan percobaan pertamanya. Pada saat yang sama, ia dapat melihat bahwa menanam sayuran membutuhkan teknik yang lebih canggih, yang berada di luar kemampuannya saat ini.

Kementerian Pertanian di Gaza telah menegaskan dukungannya terhadap teknik hidroponik agar memanfaatkan air, pupuk, dan lahan pertanian secara maksimal. Sebab penduduk semakin bertambah dan kebutuhan akan air semakin meningkat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement